digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

BAB 1 Raisa Priscilia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Raisa Priscilia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Raisa Priscilia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Raisa Priscilia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Raisa Priscilia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Raisa Priscilia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan


Kestabilan lereng low wall merupakan aspek penting yang harus diperhatikan demi menjamin keselamatan kerja dan kelangsungan operasional tambang terbuka batubara. Penelitian ini dilakukan sebagai respon terhadap kejadian longsor di lereng low wall tambang PT PQR. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kestabilan lereng low wall aktual dan LOM menggunakan metode kesetimbangan batas (Limit Equilibrium Method/LEM), kemudian memvalidasinya dengan hasil pemantauan radar SSR-XT, serta mengoptimasi rancangan geometri lereng low wall yang lebih stabil dan mendukung optimasi perolehan penambangan. Analisis dilakukan menggunakan perangkat lunak Rocscience Slide 6.0 pada dua penampang kritis, yaitu A–A? dan B–B?. Desain awal LOM menunjukkan bahwa lereng belum memenuhi kriteria aman, penampang A–A? memiliki FK sebesar 1,095 (statis) dan 0,947 (dinamis), sedangkan penampang B–B? memiliki FK 1,016 (statis) dan 0,923 (dinamis), dengan probabilitas kelongsoran (PoF) sebesar 26,3% (statis) dan 99,9% (dinamis). Pada kondisi aktual ketika lereng mengalami longsor, nilai FK hasil perhitungan sebesar 1,108 (statis) dan 0,95 (dinamis) untuk A–A?, serta 1,169 (statis) dan 0,990 (dinamis) untuk B–B?, dengan PoF sebesar 0% (statis) dan 60,6% (dinamis). Hasil pemantauan dari radar SSR-XT menunjukkan pergerakan yang signifikan, deformasi yang terjadi mencapai ±250 mm/hari dengan kecepatan pergerakan mencapai ????100 mm/hari. Maka dari itu, pemantauan dengan Radar SSR-XT dapat mengonfirmasi kondisi ketidakstabilan lereng yang teridentifikasi melalui perhitungan LEM. Berdasarkan hal tersebut, maka lereng perlu perbaikan melalui pelandaian. Setelah dilakukan pelandaian, Penampang A–A? menunjukkan peningkatan FK menjadi 1,423 (statis) dan 1,255 (dinamis), sementara B–B? mencapai FK 1,792 (statis) dan 1,576 (dinamis), dengan PoF 0% pada seluruh kondisi. Hasil pemantauan radar pun menunjukkan deformasi sangat kecil, yaitu ±0,5 mm/hari dengan kecepatan deformasi ????100 mm/hari hingga mendekati 0 mm/hari. Dengan demikian lereng low wall setelah pelandaian dapat dikatakan stabil. Mengingat nilai FK dinilai masih bisa dioptimalkan, maka dilakukan analisis terhadap tiga alternatif desain geometri lereng untuk mengoptimalkan perolehan penambangan dengan tetap memenuhi standar kestabilan. Alternatif kedua direkomendasikan untuk diterapkan karena nilai FK tetap aman (1,251) dengan jumlah batubara tertambang bertambah.