BAB 1 Raisa Priscilia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Raisa Priscilia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Raisa Priscilia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Raisa Priscilia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Raisa Priscilia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Raisa Priscilia
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Kestabilan lereng low wall merupakan aspek penting yang harus diperhatikan demi menjamin
keselamatan kerja dan kelangsungan operasional tambang terbuka batubara. Penelitian ini
dilakukan sebagai respon terhadap kejadian longsor di lereng low wall tambang PT PQR.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kestabilan lereng low wall aktual dan
LOM menggunakan metode kesetimbangan batas (Limit Equilibrium Method/LEM), kemudian
memvalidasinya dengan hasil pemantauan radar SSR-XT, serta mengoptimasi rancangan
geometri lereng low wall yang lebih stabil dan mendukung optimasi perolehan penambangan.
Analisis dilakukan menggunakan perangkat lunak Rocscience Slide 6.0 pada dua penampang
kritis, yaitu A–A? dan B–B?. Desain awal LOM menunjukkan bahwa lereng belum memenuhi
kriteria aman, penampang A–A? memiliki FK sebesar 1,095 (statis) dan 0,947 (dinamis),
sedangkan penampang B–B? memiliki FK 1,016 (statis) dan 0,923 (dinamis), dengan
probabilitas kelongsoran (PoF) sebesar 26,3% (statis) dan 99,9% (dinamis). Pada kondisi
aktual ketika lereng mengalami longsor, nilai FK hasil perhitungan sebesar 1,108 (statis) dan
0,95 (dinamis) untuk A–A?, serta 1,169 (statis) dan 0,990 (dinamis) untuk B–B?, dengan PoF
sebesar 0% (statis) dan 60,6% (dinamis). Hasil pemantauan dari radar SSR-XT menunjukkan
pergerakan yang signifikan, deformasi yang terjadi mencapai ±250 mm/hari dengan kecepatan
pergerakan mencapai ????100 mm/hari. Maka dari itu, pemantauan dengan Radar SSR-XT dapat
mengonfirmasi kondisi ketidakstabilan lereng yang teridentifikasi melalui perhitungan LEM.
Berdasarkan hal tersebut, maka lereng perlu perbaikan melalui pelandaian. Setelah dilakukan
pelandaian, Penampang A–A? menunjukkan peningkatan FK menjadi 1,423 (statis) dan 1,255
(dinamis), sementara B–B? mencapai FK 1,792 (statis) dan 1,576 (dinamis), dengan PoF 0%
pada seluruh kondisi. Hasil pemantauan radar pun menunjukkan deformasi sangat kecil, yaitu
±0,5 mm/hari dengan kecepatan deformasi ????100 mm/hari hingga mendekati 0 mm/hari.
Dengan demikian lereng low wall setelah pelandaian dapat dikatakan stabil. Mengingat nilai
FK dinilai masih bisa dioptimalkan, maka dilakukan analisis terhadap tiga alternatif desain
geometri lereng untuk mengoptimalkan perolehan penambangan dengan tetap memenuhi
standar kestabilan. Alternatif kedua direkomendasikan untuk diterapkan karena nilai FK tetap
aman (1,251) dengan jumlah batubara tertambang bertambah.
Perpustakaan Digital ITB