digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Building Information Modeling (BIM) telah muncul sebagai inovasi transformatif dalam industri Arsitektur, Teknik, dan Konstruksi (AEC), meningkatkan kolaborasi, efisiensi, dan keberlanjutan dalam pelaksanaan proyek. Di Indonesia, sektor AEC menghadapi tantangan seperti alur kerja yang terfragmentasi, adopsi digital yang rendah, dan kapasitas inovasi yang terbatas. Disertasi ini menyajikan kerangka kerja untuk mendorong adopsi BIM dan kematangan organisasi dalam konteks ini, dengan mengeksplorasi pendorong inovasi utama, hambatan, dan faktor pendukung adopsi BIM, serta menawarkan strategi untuk mencapai kematangan BIM secara penuh yang selaras dengan standar global. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana adopsi BIM dapat diterapkan secara efektif di sektor AEC, dengan mempertimbangkan tantangan sosio- ekonomi dan organisasi yang unik. Studi ini mengidentifikasi faktor-faktor kritis yang memengaruhi adopsi BIM, mengeksplorasi hubungan antar faktor tersebut, dan menyediakan peta jalan bagi perusahaan AEC untuk mencapai kematangan BIM terintegrasi. Disertasi ini berkontribusi pada diskusi global tentang transformasi digital dan keberlanjutan di negara berkembang. Pendekatan metode campuran digunakan dalam tiga fase. Fase pertama melibatkan tinjauan literatur sistematis (SLR) dengan protokol PRISMA untuk menganalisis tren global dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi adopsi BIM. Fase kedua mencakup penelitian empiris dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif mengidentifikasi determinan adopsi BIM seperti inovasi individu, manfaat yang dirasakan, kesiapan organisasi, dan pengaruh eksternal, sementara data kuantitatif dianalisis menggunakan pemodelan persamaan struktural (SEM) untuk mengevaluasi hubungan kausal dan memvalidasi model prediksi adopsi. Fase ketiga menggunakan penelitian aksi partisipatif untuk merancang dan menguji peta jalan guna meningkatkan kematangan BIM di organisasi AEC Indonesia. Peta jalan ini didukung oleh alat diagnostik untuk menilai praktik BIM saat ini dan mengusulkan strategi peningkatan tingkat kematangan BIM. Studi ini mengintegrasikan kerangka kerja Teknologi-Organisasi-Lingkungan (TOE) untuk menghubungkan wawasan teoretis dengan aplikasi praktis. Hasil utama menunjukkan bahwa inovasi individu, manfaat yang dirasakan, dan kesiapan organisasi adalah pendorong utama adopsi BIM. Analisis SEM menunjukkan bahwa manfaat yang dirasakan secara langsung memengaruhi inovasi individu dan adopsi BIM, sementara kesiapan organisasi menjadi prediktor terkuat dari adopsi BIM. Hambatan termasuk keterbatasan sumber daya, resistensi terhadap perubahan, dan kesenjangan kebijakan, sedangkan faktor pendukung mencakup komitmen kepemimpinan, pengembangan kapasitas, dan ekosistem kolaboratif. Temuan ini menekankan pentingnya kesiapan organisasi dalam mendukung inovasi dan memastikan integrasi BIM yang berkelanjutan. Fase penelitian aksi partisipatif memperkenalkan alat diagnostik dan peta jalan untuk menilai dan meningkatkan kematangan BIM. Peta jalan ini menguraikan intervensi di berbagai dimensi teknologi, organisasi, dan lingkungan, membantu organisasi beralih ke tingkat kematangan BIM yang lebih tinggi sesuai dengan standar global seperti BIM terintegrasi (i-BIM) dan tujuan keberlanjutan. Peta jalan ini fleksibel, mengatasi tantangan internal dan tekanan eksternal. Disertasi ini memperkenalkan kerangka kerja inovatif untuk mengevaluasi inovasi, adopsi, dan integrasi BIM yang dapat diterapkan di berbagai negara. Model ini mengadaptasi kerangka TOE ke konteks sosio-ekonomi dan organisasi Indonesia. Dengan mengintegrasikan penelitian empiris dengan solusi praktis, studi ini menjembatani kemajuan teoretis dan aplikasi nyata, menawarkan nilai bagi pembuat kebijakan, praktisi industri, dan akademisi. Penelitian ini berkontribusi pada bidang adopsi BIM dengan memperluas kerangka TOE untuk mencakup faktor-faktor sosio-ekonomi dan organisasi spesifik negara berkembang. Hal ini menyediakan alat praktis untuk membantu organisasi mengevaluasi dan meningkatkan praktik BIM mereka. Selain itu, disertasi ini menawarkan rekomendasi kebijakan untuk program pengembangan kapasitas, insentif adopsi digital, dan pedoman standar untuk mengatasi hambatan integrasi BIM. Meskipun berfokus pada Indonesia, temuan ini memberikan wawasan berharga bagi negara berkembang lainnya yang menghadapi tantangan serupa. Meskipun berkontribusi secara signifikan, penelitian ini memiliki keterbatasan. Studi ini berfokus pada kelompok organisasi tertentu yang mungkin tidak sepenuhnya mewakili keragaman sektor, dan data kualitatif berpotensi bias. Selain itu, beberapa temuan spesifik untuk Indonesia, membatasi generalisasi ke negara lain dengan konteks yang berbeda. Terakhir, meskipun alat diagnostik dan peta jalan yang diusulkan dapat disesuaikan, validasi lebih lanjut diperlukan di berbagai pengaturan. Penelitian ini menyoroti pentingnya kepemimpinan, kesiapan organisasi, dan ekosistem kolaboratif dalam mendorong adopsi BIM. Peta jalan ini menawarkan pendekatan bertahap untuk mencapai kematangan BIM dan selaras dengan standar global serta tujuan keberlanjutan. Dengan mengatasi kesenjangan dalam literatur adopsi BIM, disertasi ini berkontribusi pada inovasi berkelanjutan dan transformasi digital di sektor AEC secara global.