Kawasan Gedebage Kota Bandung, merupakan wilayah yang secara topografi terletak di dataran rendah dan memiliki riwayat kejadian banjir yang tinggi. Upaya struktural seperti pembangunan kolam retensi telah dilakukan, namun banjir tetap terjadi dan menimbulkan kerugian fisik, ekonomi, lingkungan, dan sosial. Analisis risiko banjir yang umum digunakan di Indonesia mengacu pada Peraturan BNPB No. 02 Tahun 2012, yang menghitung risiko berdasarkan komponen ancaman (hazard), kerentanan (vulnerability), dan kapasitas (capacity). Namun, parameter kerentanan dan kapasitas dalam peraturan tersebut berpotensi belum optimal jika dibandingkan dengan parameter yang dikembangkan dalam studi literatur internasional.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis tingkat risiko banjir di Kawasan Gedebage menggunakan metode BNPB No. 02 Tahun 2012; (2) memodifikasi parameter kerentanan berdasarkan sintesis berbagai studi literatur untuk memperoleh indeks kerentanan yang lebih representatif terhadap kondisi lokal; (3) memodifikasi parameter kapasitas masyarakat dengan pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB) berbasis survei lapangan; (4) membandingkan peta risiko banjir antara metode BNPB dan metode hasil modifikasi; serta (5) mengidentifikasi implikasi perbedaan hasil terhadap strategi pengurangan risiko banjir.
Metode penelitian meliputi pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan kepada 100 responden yang tinggal atau memiliki usaha di wilayah terdampak banjir di Gedebage. Parameter
kerentanan dimodifikasi dengan mengacu pada indeks kerentanan banjir (Flood Vulnerability Index, FVI) dari berbagai penelitian internasional yang mempertimbangkan indikator sosial, ekonomi, fisik, dan lingkungan secara lebih detail. Parameter kapasitas dimodifikasi dengan mengintegrasikan hasil analisis TPB untuk mengukur tingkat resiliensi masyarakat terhadap banjir melalui dimensi sikap (attitude toward behavior), norma subjektif (subjective norm), dan persepsi kontrol perilaku (perceived behavioral control).
Hasil analisis risiko banjir menggunakan metode BNPB menunjukkan bahwa Kelurahan Cipadung Kulon, Pakemitan, Mekar Mulya, dan Cisaranten Wetan memiliki tingkat risiko banjir sedang. Hasil analisis risiko banjir dengan parameter kerentanan dan kapasitas tambahan menunjukan hasil yang serupa dengan hasil analisis risiko banjir dengan metode BNPB. Walaupun demikian ada beberapa perbedaan antara hasil analisis dengan menggunakan metode BNPB dan parameter modifikasi tambahan tertuama dalam hasil analisis kerentanan sosial, kerentanan lingkungan, dan kapasitas banjir.
Kebaruan (novelty) penelitian ini terletak pada integrasi parameter kerentanan hasil sintesis literatur internasional dengan parameter kapasitas berbasis TPB dalam analisis risiko banjir di konteks lokal Indonesia. Kontribusi utama penelitian ini adalah memberikan pendekatan analisis risiko yang lebih adaptif terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat, sehingga hasilnya dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah, BNPB, maupun pihak terkait dalam merumuskan strategi mitigasi yang berbasis pada peningkatan kapasitas masyarakat sekaligus pengelolaan faktor kerentanan.
Perpustakaan Digital ITB