digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perkembangan kota yang pesat sering kali diiringi oleh peningkatan tekanan terhadap lingkungan, khususnya dalam pengelolaan sumber daya air dan penurunan daya dukung ekosistem. Urbanisasi yang tidak terencana menciptakan dominasi permukaan kedap air, yang pada akhirnya memperparah risiko banjir, kekeringan, dan degradasi kualitas lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih berkelanjutan dan adaptif dalam pembangunan infrastruktur perkotaan. Konsep kota spons merupakan inovasi dalam perencanaan kota yang menekankan kemampuan wilayah urban untuk menyerap, menyimpan, dan menggunakan kembali air hujan. Dengan memanfaatkan berbagai infrastruktur hijau seperti taman hujan, danau buatan, sistem drainase berkelanjutan, dan jalan berpori, kota dapat mengelola air secara lebih efisien serta mengurangi tekanan terhadap sistem drainase konvensional. Sementara itu, Solusi Berbasis Alam (NbS) adalah pendekatan yang mengandalkan kekuatan alam dan proses ekosistem dalam menyelesaikan tantangan lingkungan. NbS mencakup tindakan-tindakan seperti restorasi kawasan hijau, pemulihan daerah aliran sungai, serta pengelolaan kawasan pesisir dan rawa secara alami. Pendekatan ini tidak hanya bermanfaat untuk mitigasi bencana, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas udara, keanekaragaman hayati, dan kesehatan masyarakat. Integrasi antara konsep kota spons dan solusi berbasis alam memberikan landasan yang kuat dalam menciptakan infrastruktur kota yang lebih tangguh terhadap perubahan iklim dan bencana. Keduanya saling melengkapi: Kota Spons berperan dalam teknik manajemen air, sedangkan NbS memperkuat fungsi ekologisnya secara alami. Dalam konteks perencanaan tata ruang dan kebijakan, pendekatan ini juga memberikan nilai tambah karena mampu menyeimbangkan antara pembangunan fisik dan pelestarian lingkungan. Penggunaan ruang terbuka hijau yang multifungsi, seperti taman kota dan koridor hijau, menjadi bagian penting dari strategi ini untuk mendukung kualitas hidup masyarakat urban. Implementasi Kota Spons dan NbS tidak hanya membutuhkan desain teknis yang inovatif, tetapi juga komitmen politik iii dan dukungan lintas sektor. Keterlibatan masyarakat lokal dalam perencanaan dan pengawasan menjadi aspek penting yang menjamin keberlanjutan dari setiap proyek berbasis alam. Selain itu, sinergi antara kelembagaan, peraturan, serta pembiayaan hijau sangat menentukan efektivitas program. Kota yang sukses menerapkan konsep ini biasanya memiliki regulasi yang progresif, sistem insentif yang jelas, dan kapasitas SDM yang memadai dalam bidang lingkungan dan infrastruktur berkelanjutan. Pengalaman dari beberapa kota di dunia, seperti Wuhan di Tiongkok dan Rotterdam di Belanda, menunjukkan bahwa kombinasi antara teknologi perkotaan modern dengan pendekatan berbasis alam dapat memberikan hasil yang optimal dalam pengelolaan air dan penataan ruang kota yang resilien. Dengan berbagai tantangan yang dihadapi oleh kota-kota di Indonesia, seperti banjir musiman dan krisis air bersih, penerapan pendekatan kota spons dan NbS menjadi pilihan strategis. Konsep ini sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dan dapat mendukung visi kota hijau dan cerdas di masa depan. Secara keseluruhan, integrasi antara kota spons dan solusi berbasis alam merupakan wujud nyata dari pergeseran paradigma pembangunan infrastruktur perkotaan. Dari yang semula berbasis beton dan eksploitasi, menjadi pembangunan yang adaptif, berkelanjutan, dan selaras dengan sistem alam.