Pengamatan JWST membuka ruang baru dalam pengamatan galaksi redshift
tinggi. Tinjauan terhadap aspek morfologi dan ukuran galaksi pada rentang
redshift yang lebar dapat memberi pemahaman terkait proses evolusi galaksi.
Di sisi lain, pembelajaran mesin dalam beberapa dekade terakhir terbukti lebih
efisien dalam memproses data dengan jumlah yang sangat besar. Pada penelitian
ini, akan dilakukan pengelompokan galaksi redshift tinggi dan dilakukan
validasi berdasarkan informasi morfologi galaksi redshift dekat. Pada penelitian
ini digunakan metode Variational Autoencoder (VAE) untuk mengekstrak
fitur-fitur utama dari data galaksi, dan pengelompokan dilakukan menggunakan
metode Hierarchical dan K-Means clustering. Hasil pengelompokan akan
dibandingkan dengan beberapa parameter galaksi di dalam katalog EAZY dan
dari hasil fitting parametrik galaksi dengan multi S“ersic. Dengan menggunakan
metode tersebut, kami dapat membuat rekonstruksi data galaksi yang
lebih halus. Kami menemukan bahwa faktor noise pada citra galaksi sangat
memengaruhi proses pengelompokan galaksi berdasarkan morfologinya. Tetapi
secara umum, arsitektur VAE yang dibangun pada penelitian ini dapat
mengekstrak data galaksi hanya dalam 10 parameter laten, dan di dalamnya
tersimpan informasi struktur fisis galaksi. Di sisi lain, hasil fitting parametrik
galaksi memberikan informasi radius efektif galaksi, dan kami menemukan
bahwa tren radius efektif terhadap massa memiliki slope yang lebih rendah untuk
galaksi star-forming dibandingkan untuk galaksi quiescent. Radius efektif
galaksi star-forming tampak semakin kecil pada redshift yang semakin tinggi.
Hubungan radius efektif galaksi terhadap panjang gelombang menunjukkan
penurunan seiring dengan panjang gelombang yang semakin panjang.
Perpustakaan Digital ITB