Abstrak - Jessica Bernata Wijaya
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan
Udang putih (Litopenaeus vannamei) merupakan komoditas utama akuakultur di Indonesia, menyumbang lebih dari 75% produksi udang nasional, dengan Kabupaten Indramayu sebagai salah satu sentra produksi utama mencapai 142.577 ton pada tahun 2024. Sistem budidaya semi-intensif terbuka yang umum digunakan di wilayah ini rentan terhadap penurunan kualitas air akibat pencemaran limbah domestik, akumulasi senyawa toksik seperti amonium (NH??) dan nitrit (NO??), serta ketidakseimbangan komunitas mikroba yang memicu dominansi Vibrio spp. patogenik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh penggunaan biofilter terhadap kualitas air, dinamika komunitas bakteri heterotrofik dan Vibrio spp., serta performa biologis udang putih pada tambak semi-intensif terbuka di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Operasional biofilter diharapkan dapat meningkatkan kualitas air dengan mengonversi amonia menjadi nitrat, menjaga stabilitas pH dan oksigen terlarut, serta mendukung keberagaman bakteri untuk menekan dominansi Vibrio spp. patogenik dan meningkatkan performa budidaya. Penelitian dilakukan selama 77 hari pada tiga kolam kontrol (K1, K2, K3; 2500 m²) dan satu kolam biofilter (B; 1000 m²) dengan kepadatan 122 PL/m². Sistem biofilter terdiri dari: (1) filtrasi mekanis (filter mat), (2) aerasi melalui trickling filter, (3) substrat pertumbuhan bakteri (polyurethane foam dan batu kapur), dan (4) filtrasi kimia (karbon aktif). Sampel air dan udang dikoleksi setiap minggu, dengan analisis mikrobiologi udang dilakukan pada hari ke-49 hingga 77. Kelimpahan bakteri heterotrofik dan Vibrio spp. dianalisis menggunakan metode Total Plate Count (TPC) pada media TSA (Tryptic Soy Agar) dan TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salts Sucrose Agar), sementara keberagaman dan dominansi mikroba dihitung menggunakan indeks Shannon-Wiener dan Simpson. Hasil penelitian menunjukkan kualitas air pada kedua perlakuan berada dalam kisaran optimal, namun kolam biofilter menunjukkan DO lebih tinggi, amonium tidak terdeteksi (0 mg/L), serta peningkatan nitrat hingga 100 mg/L yang mengindikasikan proses nitrifikasi aktif. Biofilter juga meningkatkan kelimpahan dan keberagaman bakteri heterotrofik, baik di air (>10? CFU/mL) maupun tubuh udang (>10? CFU/g), dengan indeks Shannon-Wiener relatif lebih tinggi serta stabil dan dominansi Simpson lebih rendah dibanding kolam kontrol. Kelimpahan relatif Vibrio spp. di air kolam biofilter juga relatif lebih rendah dan stabil, meskipun belum memengaruhi kelimpahan relatif Vibrio spp. dalam tubuh udang dari hari ke-49 sampai akhir budidaya. Performa biologis udang putih menunjukkan bahwa kolam kontrol mencatat Average Body Weight (ABW) tertinggi sebesar 11,58 g dan Average Daily Growth (ADG) 0,15 g/hari, namun disertai Survival Rate (SR) terendah (31,52%). Sebaliknya, kolam biofilter menunjukkan SR tertinggi (83,02%), Feed Conversion Ratio (FCR) terendah (1,64), dan produktivitas tertinggi (0,1807 kg/m²), mencerminkan efisiensi pakan yang lebih baik dan lingkungan budidaya yang lebih stabil akibat berkurangnya
materi organik dan keberhasilan proses nitrifikasi dalam menekan patogen. Secara keseluruhan, sistem biofilter terbukti unggul sebagai strategi pengelolaan kualitas air untuk mendukung budidaya udang putih yang stabil dan berkelanjutan.
Perpustakaan Digital ITB