Mangga (Mangifera indica L.) merupakan salah satu tumbuhan yang buahnya
penting dalam skala nasional maupun global. Berdasarkan kajian etnobotani, daun
mangga juga dikonsumsi serta digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional
terutama daun yang masih muda. Daun muda mangga memiliki berbagai senyawa
biologis aktif, salah satunya mangiferin, serta senyawa volatil yang memiliki
potensi untuk menunjang kesehatan. Penelitian terkait penggunaan daun muda
mangga untuk kesehatan telah banyak dilakukan. Namun, informasi hubungan
kandungan mangiferin dan senyawa volatil dengan preferensi konsumsi daun muda
oleh masyarakat belum banyak diinformasikan. Penelitian ini bertujuan
menganalisis kandungan mangiferin dan mengkarakterisasi senyawa volatil daun
muda mangga serta melihat hubungannya dengan preferensi konsumsi masyarakat.
Penelitian terbagi menjadi pengambilan data preferensi konsumsi masyarakat di
lapangan dan pengujian sampel daun muda mangga di laboratorium. Data
preferensi konsumsi diperoleh melalui wawancara terhadap 200 responden di
wilayah Kabupaten Indramayu dengan menggunakan pendekatan purposive dan
snowball sampling. Pengujian di laboratorium dilakukan dengan menggunakan
daun muda dari kultivar mangga yang umum dikonsumsi masyarakat. Sampel
dianalisis untuk mengetahui kandungan mangiferin dan karakteristik senyawa
volatil. Mangiferin dianalisis menggunakan HPLC (High Performance Liquid
Chromatography), sedangkan senyawa volatil dianalisis dengan SPME GC-MS
(Solid Phase Microextraction Gas Chromatography-Mass Spectrometry). Sampel
dianalisis sebanyak tiga kali ulangan. Hasil HPLC dianalisis secara statistik dengan
uji Two-way ANOVA dilanjutkan uji Duncan’s dan Pearson Correlation. Identifikasi
senyawa volatil dilakukan dengan membandingkan spektrum massa dengan library
senyawa standar menggunakan NIST14 library serta analisis nilai Retention Indices
(RI). Data yang diperoleh dari GC-MS selanjutnya dianalisis secara statistik
menggunakan Hierarchical Cluster Analysis (HCA) beserta visualisasi heatmap
dan Principal Component Analysis (PCA) melalui perangkat lunak MetaboAnalyst
6.0. Intensitas senyawa hasil HCA heatmap dianalisis lebih lanjut melalui analisis
deskriptif aroma dan rasa untuk menelaah hubungan karakter aroma dan rasa dari
masing-masing senyawa dengan preferensi konsumsi masyarakat.
ii
Hasil di lapangan menunjukkan terdapat dua kultivar mangga yang sering
dikonsumsi daunnya yaitu Harumanis dan Cengkir. Dari 200 responden yang
diwawancarai sebanyak 51 responden (25,5%) mengetahui daun muda dari kedua
kultivar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan obat. Dari jumlah tersebut,
17 responden (33,33%) masih mengonsumsinya. Berdasarkan posisi daun yang
dimanfaatkan, daun muda posisi atas dari kultivar Harumanis lebih banyak
dimanfaatkan dibandingkan posisi lainnya, sedangkan kultivar Cengkir pada posisi
tengah. Hasil penilaian aroma menunjukkan daun muda kultivar Harumanis
memperoleh penilaian sedikit lebih tinggi dengan total penilaian 55 dari 100
dibandingkan kultivar Cengkir yang memperoleh 54,5 dari 100. Namun, pada
penilaian rasa, daun muda kultivar Cengkir dinilai lebih enak dengan total penilaian
47,3 dari 100 sementara Harumanis mendapatkan 40 dari 100. Selanjutnya, kedua
kultivar tersebut dipilih untuk dianalisis lebih lanjut terkait kadar mangiferin dan
karakteristik senyawa volatilnya. Hasil analisis HPLC menunjukkan kadar
mangiferin daun muda kultivar Harumanis untuk posisi atas, tengah, dan bawah
masing-masing sebesar 186,11 mg/g, 295,16 mg/g, 295,84 mg/g, sedangkan pada
kultivar Cengkir sebesar 201,75 mg/g, 308,97 mg/g, 296,15 mg/g. Hasil statistik
menunjukkan kultivar mangga tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar
mangiferin (p-value > 0,05) dengan korelasi positif yang sangat rendah (r = 0,074),
sementara posisi daun muda berpengaruh signifikan (p-value < 0,05) dengan
korelasi positif yang kuat (r = 0,623). Analisis GC-MS terhadap kedua kultivar
mengidentifikasi 119 senyawa volatil yang didominasi oleh grup senyawa terpena
(monoterpena dan seskuiterpena). Analisis HCA dan PCA menunjukkan kultivar
Cengkir membentuk kelompok sendiri dan terpisah dari kultivar Harumanis,
menandakan perbedaan karakter senyawa volatil yang signifikan antara keduanya.
Pada masing-masing kultivar, posisi daun (atas, tengah, bawah) juga membentuk
sub-kelompok, yang menunjukkan adanya variasi karakter senyawa volatil.
Intensitas senyawa dengan karakter dan aromanya masing-masing pada setiap
posisi daun memiliki hubungan dengan preferensi konsumsi masyarakat.
Daun muda mangga kultivar Harumanis dan Cengkir mengandung mangiferin yang
kadarnya cenderung meningkat seiring pertambahan umur daun, dengan
konsentrasi lebih tinggi pada daun posisi tengah dan bawah. Profil senyawa volatil
keduanya menunjukkan perbedaan. Kultivar Harumanis didominasi oleh senyawa
beraroma floral dan sweet seperti Terpinen-4-ol dan D-Limonene, terutama pada
daun posisi atas, sedangkan kultivar Cengkir memiliki aroma dan rasa yang lebih
kompleks mencakup fruity, green, minty, spicy, dan aromatik, dengan intensitas
senyawa yang relatif stabil di seluruh posisi daun. Preferensi konsumsi masyarakat
menunjukkan keterkaitan dengan kandungan mangiferin dan karakter senyawa
volatil. Kultivar Cengkir lebih disukai karena kombinasi kadar mangiferin yang
tinggi dan kompleksitas aroma dan rasa yang bisa diterima, sementara kultivar
Harumanis disukai pada daun posisi atas karena dominasi aroma bunga dan
manisnya.
Perpustakaan Digital ITB