digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Mangga (Mangifera indica L.) merupakan salah satu tumbuhan yang buahnya penting dalam skala nasional maupun global. Berdasarkan kajian etnobotani, daun mangga juga dikonsumsi serta digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional terutama daun yang masih muda. Daun muda mangga memiliki berbagai senyawa biologis aktif, salah satunya mangiferin, serta senyawa volatil yang memiliki potensi untuk menunjang kesehatan. Penelitian terkait penggunaan daun muda mangga untuk kesehatan telah banyak dilakukan. Namun, informasi hubungan kandungan mangiferin dan senyawa volatil dengan preferensi konsumsi daun muda oleh masyarakat belum banyak diinformasikan. Penelitian ini bertujuan menganalisis kandungan mangiferin dan mengkarakterisasi senyawa volatil daun muda mangga serta melihat hubungannya dengan preferensi konsumsi masyarakat. Penelitian terbagi menjadi pengambilan data preferensi konsumsi masyarakat di lapangan dan pengujian sampel daun muda mangga di laboratorium. Data preferensi konsumsi diperoleh melalui wawancara terhadap 200 responden di wilayah Kabupaten Indramayu dengan menggunakan pendekatan purposive dan snowball sampling. Pengujian di laboratorium dilakukan dengan menggunakan daun muda dari kultivar mangga yang umum dikonsumsi masyarakat. Sampel dianalisis untuk mengetahui kandungan mangiferin dan karakteristik senyawa volatil. Mangiferin dianalisis menggunakan HPLC (High Performance Liquid Chromatography), sedangkan senyawa volatil dianalisis dengan SPME GC-MS (Solid Phase Microextraction Gas Chromatography-Mass Spectrometry). Sampel dianalisis sebanyak tiga kali ulangan. Hasil HPLC dianalisis secara statistik dengan uji Two-way ANOVA dilanjutkan uji Duncan’s dan Pearson Correlation. Identifikasi senyawa volatil dilakukan dengan membandingkan spektrum massa dengan library senyawa standar menggunakan NIST14 library serta analisis nilai Retention Indices (RI). Data yang diperoleh dari GC-MS selanjutnya dianalisis secara statistik menggunakan Hierarchical Cluster Analysis (HCA) beserta visualisasi heatmap dan Principal Component Analysis (PCA) melalui perangkat lunak MetaboAnalyst 6.0. Intensitas senyawa hasil HCA heatmap dianalisis lebih lanjut melalui analisis deskriptif aroma dan rasa untuk menelaah hubungan karakter aroma dan rasa dari masing-masing senyawa dengan preferensi konsumsi masyarakat. ii Hasil di lapangan menunjukkan terdapat dua kultivar mangga yang sering dikonsumsi daunnya yaitu Harumanis dan Cengkir. Dari 200 responden yang diwawancarai sebanyak 51 responden (25,5%) mengetahui daun muda dari kedua kultivar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan obat. Dari jumlah tersebut, 17 responden (33,33%) masih mengonsumsinya. Berdasarkan posisi daun yang dimanfaatkan, daun muda posisi atas dari kultivar Harumanis lebih banyak dimanfaatkan dibandingkan posisi lainnya, sedangkan kultivar Cengkir pada posisi tengah. Hasil penilaian aroma menunjukkan daun muda kultivar Harumanis memperoleh penilaian sedikit lebih tinggi dengan total penilaian 55 dari 100 dibandingkan kultivar Cengkir yang memperoleh 54,5 dari 100. Namun, pada penilaian rasa, daun muda kultivar Cengkir dinilai lebih enak dengan total penilaian 47,3 dari 100 sementara Harumanis mendapatkan 40 dari 100. Selanjutnya, kedua kultivar tersebut dipilih untuk dianalisis lebih lanjut terkait kadar mangiferin dan karakteristik senyawa volatilnya. Hasil analisis HPLC menunjukkan kadar mangiferin daun muda kultivar Harumanis untuk posisi atas, tengah, dan bawah masing-masing sebesar 186,11 mg/g, 295,16 mg/g, 295,84 mg/g, sedangkan pada kultivar Cengkir sebesar 201,75 mg/g, 308,97 mg/g, 296,15 mg/g. Hasil statistik menunjukkan kultivar mangga tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar mangiferin (p-value > 0,05) dengan korelasi positif yang sangat rendah (r = 0,074), sementara posisi daun muda berpengaruh signifikan (p-value < 0,05) dengan korelasi positif yang kuat (r = 0,623). Analisis GC-MS terhadap kedua kultivar mengidentifikasi 119 senyawa volatil yang didominasi oleh grup senyawa terpena (monoterpena dan seskuiterpena). Analisis HCA dan PCA menunjukkan kultivar Cengkir membentuk kelompok sendiri dan terpisah dari kultivar Harumanis, menandakan perbedaan karakter senyawa volatil yang signifikan antara keduanya. Pada masing-masing kultivar, posisi daun (atas, tengah, bawah) juga membentuk sub-kelompok, yang menunjukkan adanya variasi karakter senyawa volatil. Intensitas senyawa dengan karakter dan aromanya masing-masing pada setiap posisi daun memiliki hubungan dengan preferensi konsumsi masyarakat. Daun muda mangga kultivar Harumanis dan Cengkir mengandung mangiferin yang kadarnya cenderung meningkat seiring pertambahan umur daun, dengan konsentrasi lebih tinggi pada daun posisi tengah dan bawah. Profil senyawa volatil keduanya menunjukkan perbedaan. Kultivar Harumanis didominasi oleh senyawa beraroma floral dan sweet seperti Terpinen-4-ol dan D-Limonene, terutama pada daun posisi atas, sedangkan kultivar Cengkir memiliki aroma dan rasa yang lebih kompleks mencakup fruity, green, minty, spicy, dan aromatik, dengan intensitas senyawa yang relatif stabil di seluruh posisi daun. Preferensi konsumsi masyarakat menunjukkan keterkaitan dengan kandungan mangiferin dan karakter senyawa volatil. Kultivar Cengkir lebih disukai karena kombinasi kadar mangiferin yang tinggi dan kompleksitas aroma dan rasa yang bisa diterima, sementara kultivar Harumanis disukai pada daun posisi atas karena dominasi aroma bunga dan manisnya.