digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK - Futikhatun Rohmah
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

COVER Futikhatun Rohmah
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

BAB 1 Futikhatun Rohmah
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

BAB 2 Futikhatun Rohmah
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

BAB 3 Futikhatun Rohmah
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

BAB 4 Futikhatun Rohmah
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

BAB 5 Futikhatun Rohmah
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

PUSTAKA Futikhatun Rohmah
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

LAMPIRAN Futikhatun Rohmah
PUBLIC Open In Flipbook Esha Mustika Dewi

Perubahan kondisi lingkungan antariksa atau cuaca antariksa, terutama berkaitan dengan partikel berenergi, dapat menimbulkan tingkah laku abnormal atau anomali satelit. Bergantung dari tingkat energinya, partikel dari matahari atau benda kosmis lainnya dapat menyebabkan surface charging bahkan deep charging, total-doses effects, dan single – event effects. Efek-efek tersebut menimbulkan kerusakan pada satelit yang bersifat sementara hingga permanen. Satelit LAPAN A3 diluncurkan tahun 2016 dan masih mengorbit hingga sekarang pada ketinggian sekitar 500 km. Kesehatannya dimonitor melalui telemetri dari stasiun landas Bumi. Data telemetri inilah yang digunakan untuk mengetahui kondisi perangkat (arus, tegangan, suhu,dll.) yang ada di dalamnya. Karena satelit LAPAN A3 dibuat mandiri oleh peneliti Indonesia, pengetahuan mengenai kesehatan satelit dan pengaruh lingkungan antariksa disekelilingnya dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan teknologi satelit. Tujuan Tesis ini adalah mengetahui kondisi lingkungan antariksa saat terjadinya anomali serta faktor yang memungkinkan kejadian tersebut. Data telemetri PCU tahun 2019 hingga 2022 dalam fase naik siklus matahari ke-25 digunakan untuk mengidentifikasi anomali ditambah dengan anomali yang tercatat oleh operator (6 kejadian). Analisis parameter cuaca antariksa (indeks Dst, IMF Bz, laju aliran, dan densitas proton) dilakukan dengan menggunakan pendekatan epoch sekitar waktu kejadian anomali. Lokasi, waktu lokal magnetik (MLT), dan data POES TED satelit NOAA 19 juga dipertimbangkan. Sejumlah 4 dari 6 kejadian memiliki kemungkinan yang tinggi merupakan anomali terimbas lingkungan saat laju aliran plasma ? 400 km/s, densitas proton ? 10 n/cc, dan satelit berlokasi di daerah kutub atau pada sisi malam/fajar dari MLT. Durasi 27 hari atau lebih adalah rentang waktu yang dianjurkan dalam melakukan evaluasi cuaca antariksa dikarenakan karakteristik CIR (Corotating Interaction Region).