Bangunan sekolah menjadi fasilitas publik yang paling terdampak kerusakan akibat
gempa bumi di Indonesia berdasarkan data BNPB (Badan Penanggulangan
Bencana Nasional). Proses rekonstruksi bangunan sekolah, sebagai bentuk kerugian
langsung bencana, menjadi proses repetitif yang memerlukan dana yang relatif
besar tiap tahunnya. Data estimasi kerugian dibutuhkan sebagai dasar pengambilan
kebijakan finansial terkait risiko bencana suatu negara. Praktik estimasi kerugian
sebelumnya yang dilakukan di Indonesia adalah melalui estimasi pascabencana.
Estimasi kerugian ditentukan berdasarkan tingkat kerusakan setelah terjadi
bencana. Proses tersebut memiliki keterbatasan pada tingkat akurasi estimasi
dengan kondisi awal gedung tidak diketahui. Salah satu strategi untuk mereduksi
keterbatasan tersebut, adalah melalui pendekatan model estimasi prabencana.
Model estimasi kerugian prabencana telah banyak dikembangkan, salah satunya
yang banyak diadopsi adalah HAZUS. Model HAZUS dikembangkan oleh FEMA
(The Federal Emergency Management Agency) secara spesifik untuk estimasi
kerugian bencana di wilayah Amerika serikat. Model HAZUS untuk bangunan
gedung adalah model estimasi berbasis kinerja yang memiliki komponen analisis
berupa hazard, kurva kapasitas, kurva kerapuhan, hingga formula estimasi kerugian
langsung. Beberapa pengembangan telah dilakukan hingga adaptasi pada beberapa
kawasan dan negara. Proses adaptasi pada studi sebelumnya menunjukkan
pentingnya pengembangan pada tiap komponen analisis yang menyesuaikan
parameter lokal. Model HAZUS relevan diadaptasi pada wilayah Indonesia karena
basis peraturan desain (building code) Indonesiajuga mengacu perkembangan
building code di Amerika Serikat. Pada penelitian sebelumnya menunjukkan
pengembangan dilakukan parsial pada tiap komponen analisis, belum
dikembangkan secara keseluruhan, terutama pada variabel formulasi kerugian
langsung.
Penelitian ini bertujuan mengembangkan model estimasi kerugian langsung akibat
bencana gempa bumi berbasis model HAZUS pada aspek kerugian fisik dan
kerugian operasional pada bangunan gedung sekolah. Dalam pemenuhan hal
tersebut terdapat 3 subtujuan, yaitu menganalisis aplikasi EDP (Engineering
Demand Parameter) HAZUS pada gedung sekolah lokal dan sensitivitasnya
terhadap estimasi kerugian fisik, mengembangkan parameter durasi rekonstruksi
ii
dan nilai basis operasional HAZUS dengan data lokal untuk estimasi kerugian
operasional, dan mengembangkan parameter biaya rekonstruksi HAZUS dengan
data lokal untuk estimasi kerugian fisik. Pada analisis aplikasi EDP, metodologi
yang digunakan adalah analisis sensitivitas pengaruh adopsi EDP kurva kapasitas
dan kurva kerapuhan model HAZUS terhadap estimasi kerugian yang dihasilkan
pada studi kasus bangunan gedung sekolah di Kota Bandung. Analisis sensitivitas
yang dilakukan dengan melakukan perbandingan EDP simplifikasi model HAZUS
dengan EDP hasil metode analitis pada bangunan studi kasus melalui metode
pushover untuk kurva kapasitas, dan analisis IDA (Incremental Dynamic Analysis)
untuk mendapatkan parameter kurva kerapuhan struktur. Pada pengembangan
parameter durasi rekonstruksi, metodologi yang digunakan adalah menyusun
parameter durasi rekonstruksi lokal berdasarkan data aktual durasi rekonstruksi
Gempa Mamuju 2021. Pada pengembangan parameter biaya rekonstruksi,
metodologi yang digunakan adalah menyusun parameter biaya rekonstruksi lokal
berdasarkan data aktual biaya rekonstruksi Gempa Mamuju 2021, yang kemudian
diuji coba pada kejadian gempa lainnya, yaitu Gempa Lombok 2018. Ukuran
ketercapaian pengembangan model dilakukan berdasarkan tingkat error/mean
absolute percentage error (MAPE) terhadap data rekonstruksi aktual pada kedua
studi kasus gempa.
Hasil dari analisis sensitivitas menunjukkan EDP HAZUS terhadap studi kasus
bangunan sekolah studi kasus di Kota Bandung menunjukkan deviasi maksimum
12%BRC (Building Replacement Cost) terhadap metode analitis pada kerugian
struktur yang dipertimbangkan sebagai konsekuensi pada estimasi kerugian yang
dihasilkan. Temuan deviasi tersebut memiliki makna sebagai nilai konsekuensi
aplikasi model yang hasilnya memiliki potensi deviasi dalam penentuan kebijakan
anggaran rekonstruksi. Pada pengembangan komponen kerugian operasional,
pengembangan parameter durasi rekonstruksi dan nilai basis operasional memiliki
dampak yang siginifikan terhadap estimasi kerugian operasional. Pada
perbandingan nilai kerugian operasional terhadap model eksistinga HAZUS, hasil
estimasi model pengembangan memiliki total 128,51% deviasi lebih besar pada
kerugian relokasi (RELi) dan total 135,13% deviasi lebih besar pada kerugian
pendapatan (YLOSi) akibat adanya kebijakan bangunan gedung sekolah bukan
sebagai infrastruktur prioritas rekonstruksi. Temuan tersebut menjadi gambaran
pentingnya mempertimbangkan kebijakan prioritas rekonstruksi pada bangunan
sekolah karena memiliki dampak kerugian operasional yang sangat signifikan, yang
selama ini belum diperhitungkan oleh para pemangku kebijakan. Selain itu temuan
tersebut memberikan informasi pentingnya adanya penyesuaian model terhadap
kondisi lokal yang memiliki keadaan dan kebijakan yang berbeda. Pada komponen
kerugian fisik, pengembangan variabel biaya rekonstruksi memiliki signifikansi
terhadap model eksisting HAZUS dengan penurunan MAPE 16,04%-51,46% pada
rusak sedang, dan penurunan MAPE 16,61%-32,49% pada rusak ringan. Sementara
pada studi kasus rusak berat, terdapat peningkatan eror yang minim dibandingkan
model HAZUS sebesar deviasi 2,86%-8,08%. Hasil tersebut memberikan makna
pada dengan adanya penyesuaian parameter biaya rekonstruksi dengan data lokal
dapat meningkatkan tingkat akurasi dari estimasi kerugian. Dengan meningkatnya
tingkat akurasi tersebut, dapat memberikan gambaran yang lebih jelas kepada
iii
pemangku kebijakan dalam merumuskan kebijakan finansial terhadap bencana,
khususnya gedung sekolah akibat gempa bumi.
Perpustakaan Digital ITB