Perusahaan layanan transportasi daring (LTD) merupakan mediator transaksi antara
penumpang yang membutuhkan layanan transportasi dan pengemudi sebagai
penyedia jasa. Dua keputusan operasional yang menjadi ujung tombak LTD adalah
penugasan pengemudi kepada penumpang serta penentuan tarif perjalanan. Dalam
konteks bisnis LTD, penugasan pengemudi ke penumpang dapat dianggap sebagai
hasil mediasi, sedangkan tarif perjalanan berfungsi sebagai mekanisme insentif
untuk mendorong penerimaan hasil mediasi tersebut, baik oleh pengemudi maupun
penumpang. Keterkaitan antara dua aspek ini secara logis memerlukan kajian
secara terintegrasi.
Data empiris menunjukkan bahwa tingkat penolakan terhadap hasil penugasan LTD
oleh pengemudi maupun penumpang di berbagai kota besar di dunia masih
tergolong tinggi, dengan rata-rata mencapai 40%. Penolakan penugasan oleh
pengemudi dapat menyebabkan peningkatan waktu tunggu serta penurunan tingkat
pelayanan terhadap permintaan penumpang. Sebaliknya, penolakan penugasan oleh
penumpang dapat menimbulkan inefisiensi, terutama apabila pengemudi telah
bergerak menuju titik jemput. Oleh karena itu, kunci untuk meningkatkan
penerimaan penugasan terletak pada penyesuaian sistem terhadap perilaku
individual. Berbagai studi telah mengidentifikasi sejumlah faktor yang
memengaruhi keputusan pengemudi dan penumpang dalam menerima atau
menolak penugasan, dengan hasil yang bervariasi tergantung pada konteks negara,
kota maupun individu, tidak hanya pada faktor yang memengaruhi tapi pada tingkat
sensitivitas pengeruh setiap faktor (heterogen). Heterogenitas perlu
dipertimbangkan secara eksplisit dalam proses pengambilan keputusan penugasan.
Penelitian ini berkontribusi dalam pengembangan model penugasan dan penentuan
tarif yang terintegrasi dengan mempertimbangkan heterogenitas perilaku
pengemudi dan penumpang. Penelitian menghasilkan Model-1 dan Model-2 yang
dibedakan berdasarkan pendekatan dalam memodelkan perilaku pengemudi dan
penumpang. Model-1 mengaitkan faktor toleransi jarak jemput dan tarif melalui
relasi linier, sementara Model-2 mengaitkan keputusan penerimaan penugasan
dengan banyak faktor melalui fungsi logistik.
ii
Model-1 dan Model-2 telah diverifikasi, divalidasi dan diuji coba dalam berbagai
skenario ukuran permasalahan. Pencarian solusi dilakukan dengan bantuan
perangkat lunak LINGO 18. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Model-1 dan
Model-2 mampu menghasilkan solusi penugasan dan penentuan tarif menyesuaikan
terhadap perilaku individu. Namun demikian, untuk permasalahan berskala besar
efisiensi waktu komputasi menjadi kendala utama. Oleh karena itu, sebagai
alternatif metode pencarian solusi, penelitian ini mengembangkan algoritma
berbasis PSO (Particle Swarm Optimization) untuk penugasan dan penentuan tarif.
Hasilnya menunjukkan bahwa pendekatan PSO mampu memberikan kinerja waktu
komputasi yang lebih baik pada kasus berskala besar dengan penyimpangan kecil
dalam hal kualitas solusi.
Perpustakaan Digital ITB