digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Masalah kestabilan lereng pada suatu tambang terbuka merupakan masalah yang sangat penting karena menyangkut masalah keselamatan manusia, peralatan penambangan, dan infrastruktur lainnya yang berada disekitar lereng galian. PT. Berau Coal merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang menggunakan sistem tambang terbuka. Masalah kestabilan lereng di Operasi Penambangan Binungan PT. Berau Coal mulai teramati setelah pekerjaan galian berjalan 9 bulan. Berdasarkan pengalaman, hingga tahun 2007 telah terjadi satu kali longsoran dan empat kali retakan yang terjadi pada lereng galian. Untuk mengetahui hubungan antara klasifikasi massa batuan dan kestabilan lereng serta kekuatan jangka panjang material pembentuk lereng maka perlu dilakukan suatu penelitian mengenai hal tersebut. Lokasi penelitian terletak di Pit K. Hal ini dikarenakan Pit K merupakan daerah galian yang mempunyai variasi struktur geologi yang cukup komplek. Dari hasil pengamatan lapangan, secara geologi daerah penelitian dibagi menjadi 4 satuan lithologi, yaitu satuan batupasir, satuan batulempung, satuan batulanau, dan satuan batubara. Struktur geologi yang teramati berupa sesar naik dengan arah N80oE. Berdasarkan klasifikasi massa batuan, daerah penelitian dibagi menjadi 4 tipe massa batuan, yaitu: massa batuan tipe 1 yang tersusun oleh batupasir agak lapuk (slightly weathered) dengan nilai RMR 69 (good rock), massa batuan tipe 2 yang tersusun oleh batupasir lapuk sedang (moderately weathered) dengan nilai RMR 59 (fair rock), massa batuan tipe 3 yang tersusun oleh batulempung dan batulanau lapuk tinggi (highly weathered) dengan nilai RMR 30 (poor rock), dan massa batuan tipe 4 yang merupakan zona patahan dengan nilai RMR 20 (very poor rock). Analisis kestabilan lereng dengan menggunakan program Slide Ver. 5, dilakukan untuk mengetahui kestabilan lereng desain, lereng revisi desain, dan simulasi lereng yang dibentuk oleh suatu tipe massa batuan. Hasil analisis menunjukan bahwa lereng desain Pit K berada dalam keadaan tidak aman. Longsoran intensif terjadi pada massa batulempung dan zona patahan. Analisis kestabilan lereng revisi desain menunjukan bahwa zona patahan masih memperlihatkan faktor keamanan yang rendah sehingga perlu adanya revisi ulang di daerah tersebut. Geometri lereng stabil dapat dilihat pada grafik hasil simulasi kestabilan lereng berdasarkan tipe massa batuan. Kuat geser jangka panjang batulempung adalah 46% dari kekuatan puncaknya. Hasil penelitian memperlihatkan juga bahwa kuat geser jangka panjang hasil uji rayapan relatif mendekati kuat geser sisa hasil uji laboratorium.