Getaran pada tanah yang diakibatkan oleh perambatan gelombang gempa dapat digambarkan melalui data ground motion dalam bentuk acceleration time histories yang tercatat pada instrumen di stasiun pencatatan. Dengan ground motion ini dampak kejadian gempa bumi di suatu daerah dapat diketahui secara obyektif dan terukur (kuantitatif). Untuk wilayah Indonesia khususnya Pulau Sumatera, data ground motion yang tersedia masih sangat terbatas. Data catatan gempa umumnya berbentuk informasi mengenai lokasi pusat gempa, magnitude, kedalaman serta mekanisme gempa. Studi ini berisi pembahasan mengenai metode pembuatan ground motion dan ground motion yang diusulkan untuk empat kota utama di Pulau Sumatera.yang memiliki sejarah kegempaan aktif, yaitu kota Banda Aceh, kota Padang, kota Bengkulu, dan kota Bandar Lampung. Studi diawali dengan identifikasi sumber gempa yang dilakukan berdasarkan data histori s kejadian gempa dalam radius jarak 500 km dari lokasi studi dimana pada jarak ini sumber gempa diasumsikan masih memberikan pengaruh yang signifikan. Pembuatan model zona sumber gempa dilakukan berdasarkan hasil identifikasi sumber gempa dan kajian seismotektonik dan geologi regional. Model zona sumber gempa dibedakan untuk mekanisme gempa subduksi dan gempa kerak dangkal (shallow crustal), dimana mekanisme gempa subduksi sendiri terbagi atas zona megathrust/interface pada kedalaman hiposenter kurang dari 60 km dan zona benioff/intraslab pada kedalaman hiposenter lebih dari 60 km. Pengolahan dengan metode statistik terhadap data historis kejadian gempa dilakukan untuk menghasilkan data yang independen yang diperlukan dalam penentuan parameter seismik. Pengolahan ini meliputi konversi skala magnitude, analisis pemilahan gempa utama (main shocks) dengan gempa awalan/susulan (foreshocks/aftershocks) serta analisis kelengkapan data gempa (completeness). Parameter seismik menggambarkan karakteristik dan aktifitas kegempaan di tiap zona sumber gempa dan diperlukan sebagai input dalam PSHA. Parameter ini meliputi reccurence rate dan b-value, magnitude maksimum, slip rate dan fungsi atenuasi. Dengan model sumber gempa 3 dimensi, PSHA menghasilkan nilai percepatan maksimum (peak ground acceleration/PGA) dan response spectra di batuan dasar yang lebih akurat. PSHA dalam studi ini dilakukan untuk periode ulang gempa 500 tahun (9.5% probabilitas dalam 50 tahun). Response spectra di batuan dasar kemudian diskalakan untuk periode spektral T=0.2 detik dan T=1.0 detik guna mendapatkan target spectra. Analisis spectral matching dari response spectra gempa karakteristik terhadap target spectra menghasilkan scaled spectra dan scaled acceleration time histories di batuan dasar yang diusulkan sebagai ground motion desain dalam studi ini. PSHA dan analisis spectral matching dalam studi ini dilakukan menggunakan program komputer EZ-FRISKTM Version 7.20 dari Risk Engineering Inc.
Perpustakaan Digital ITB