








Pada masa pascatambang, tambang terbuka (open pif) akan membentuk void yang
kemudian terisi oleh air sehingga membentuk pit lake. Air yang mengisi void dan
berinteraksi dengan batuan dinding pit yang terekspos dapat bersifat asam,
sirkumnetral, atau basa. Hal ini bergantung pada komposisi mineral dan mekanisme
reaksi pembentukan asam, penetralan asam, dan penyanggaan. Umumnya, air yang
bersifat asam (pH rendah) berasosiasi dengan metal leaching disertai konsentrasi
logam dan kandungan sulfat yang tinggi. Rangkaian proses interaksi air-batuan dapat
mempengaruhi mobilitas logam, khususnya logam-logam pencemar. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik geokimia dan potensi mobilitas
logam dari sampel batuan dinding pit endapan porfiri.
Pada penelitian ini, digunakan 4 sampel batuan terpilih dari litologi utama pembentuk
dinding pit endapan porfiri, yaitu batuan vulkanik dan diorit. Karakterisasi geokimia
yang dilakukan di laboratorium meliputi pengujian statik, mineralogi (X-ray
diffraction, XRD), unsur (X-ray fluorescence, XRF), kinetik menggunakan metode free
draining column leach test (FDCLT), dan ekstraksi sekuensial. Pengujian kinetik
(FDCLT) dilakukan untuk menilai kelarutan logam dari reaksi air-batuan. Sementara
itu, ekstraksi sekuensial untuk mengidentifikasi distribusi logam dalam fraksi geokimia
batuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa batuan vulkanik dan diorit memiliki karakteristik
geokimia pembentuk AAT yang bervariasi. Logam Fe, Mn, Cu, Zn, Pb, dan Cd
terdistribusi pada fraksi water soluble (pH netral), exchangeable & carbonates (pH
rendah), dan Fe (I1I) oxyhydroxides (Eh-pH rendah). Sampel batuan dinding pit yang
paling berisiko, diantaranya fraksi water soluble (Dio K-14), fraksi exchangeable &
carbonates (Vul K-2), serta Fe (III) oxyhydroxides (Vul K-2). Mobilitas logam
dipengaruhi oleh reaksi air-batuan dan pH air lindian. Hasil kinetik (FDCLT)
menegaskan bahwa sampel batuan vulkanik (Vul K-2, Vul K-6, Vul K-11) yang
memiliki kapasitas penyanggaan dan netralisasi asam dapat mempertahankan pH
sirkumnetral, schingga memiliki kelarutan logam lebih rendah dibandingkan sampel
batuan diorit (Dio K-14) yang memiliki pH lebih rendah. Kondisi asam ini
memfasilitasi pelepasan logam yang terikat pada mineral karbonat dan mekanisme
pertukaran ion. Hal inipun didukung oleh kondisi elektrokimia air (Eh-pH), pada pH
<5 dan kondisi fase oksidatif logam berada dalam bentuk ion bebas dalam air lindian.