Sebagai bentuk perpanjangan tubuh manusia, desain berpengaruh dalam
membentuk persepsi dan pengalaman manusia terhadap dunia sekitarnya.
Perempuan memiliki pengalaman yang berbeda dengan laki-laki karena memiliki
tubuh yang secara biologis dan sosial berbeda. Pengalaman tubuh yang khas itulah
yang disebut kebertubuhan. Dalam studi desain, karya perempuan desainer
menawarkan perspektif unik yang seringkali berbeda dari karya laki-laki desainer,
terutama dalam hal yang menyangkut dengan kebutuhan perempuan, salah satu
yang paling mendasar tentunya berkaitan dengan kebertubuhannya. Melalui
perspektif kebertubuhan, sebuah desain bisa dimaknai ulang untuk menelisik
relasinya dengan konteks sosial budaya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap refleksi kebertubuhan perempuan
dalam karya Nita Darsono dan Novi Kristinawati serta relasinya dengan konteks
sosial dan budaya. Ini adalah penelitian kualitatif-interpretatif melalui analisis
multimodalitas teks dengan pendekatan teori tubuh sosial. Analisis multimodalitas
teks menganggap teks adalah kumpulan mode semiotik yang saling berkait untuk
menghasilkan makna. Analisis ini menekankan pada tiga metafungsi, yakni makna
representasi, makna interaktif dan makna komposisi. Karya yang dianalisis
mencakup karya desain komunikasi visual (dua dimensi) yang berkaitan dengan
citra tubuh dalam ruang sosial dan karya arsitektur (tiga dimensi) yang berkaitan
dengan keberadaan tubuh dalam ruang fisik dan sosial. Selain itu, wawancara
dengan kedua desainer juga dilakukan untuk menggali lebih jauh pemikiran dan
latar belakang di balik karya mereka.
Dari analisis multimodalitas teks ditunjukkan bahwa Nita Darsono dan Novi
Kristinawati merefleksikan kebertubuhan perempuan yang merasa, yang mencari
keperempuannya, yang setara, yang menghubungkan, yang memastikan
perawatan, dan yang fungsional-luwes dalam karyanya melalui negosiasi serta
permainan mode visual maupun non visual yang melibatkan pengalaman tubuh.
Karya-karya tersebut mendefinisikan ulang makna-makna keperempuanan
sekaligus menunjukkan bahwa desain merupakan arena negosiasi untuk
menyuarakan pengalaman, perasaan, dan perjuangan perempuan.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi jalan liyan untuk melangkah lebih jauh
menemui kompleksitas kebudayaan yang muncul akibat dari perkembangan desain
di masa depan. Jalan yang bertolak dari pengalaman tubuh yang biologis maupun
yang sosial. Dalam studi desain, eksplorasi kebertubuhan juga dapat diterapkan
dalam pendekatan desain yang berbasis multisensori dan pengalaman tubuh
terutama dalam studi interaksi manusia-teknologi. Pendekatan kebertubuhan juga
membuka dimensi empati dan reflektif bagi interaksi manusia dengan desain,
terlebih berkaitan dengan kebertubuhan di era kecerdasan buatan (artificial
intelligence atau AI). Hari-hari ini AI telah merasuk ke segala aspek kehidupan
manusia, terlebih lagi ke dalam praktik desain. Tubuh yang sebelumnya menjadi
alat utama dalam praktik desain lambat laun mulai diambil alih perannya oleh AI.
Oleh karena itu, persoalan tubuh dan kebertubuhan dalam desain menjadi sesuatu
yang semakin kompleks karena menyangkut eksistensi manusia.