digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sebagai bentuk perpanjangan tubuh manusia, desain berpengaruh dalam membentuk persepsi dan pengalaman manusia terhadap dunia sekitarnya. Perempuan memiliki pengalaman yang berbeda dengan laki-laki karena memiliki tubuh yang secara biologis dan sosial berbeda. Pengalaman tubuh yang khas itulah yang disebut kebertubuhan. Dalam studi desain, karya perempuan desainer menawarkan perspektif unik yang seringkali berbeda dari karya laki-laki desainer, terutama dalam hal yang menyangkut dengan kebutuhan perempuan, salah satu yang paling mendasar tentunya berkaitan dengan kebertubuhannya. Melalui perspektif kebertubuhan, sebuah desain bisa dimaknai ulang untuk menelisik relasinya dengan konteks sosial budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap refleksi kebertubuhan perempuan dalam karya Nita Darsono dan Novi Kristinawati serta relasinya dengan konteks sosial dan budaya. Ini adalah penelitian kualitatif-interpretatif melalui analisis multimodalitas teks dengan pendekatan teori tubuh sosial. Analisis multimodalitas teks menganggap teks adalah kumpulan mode semiotik yang saling berkait untuk menghasilkan makna. Analisis ini menekankan pada tiga metafungsi, yakni makna representasi, makna interaktif dan makna komposisi. Karya yang dianalisis mencakup karya desain komunikasi visual (dua dimensi) yang berkaitan dengan citra tubuh dalam ruang sosial dan karya arsitektur (tiga dimensi) yang berkaitan dengan keberadaan tubuh dalam ruang fisik dan sosial. Selain itu, wawancara dengan kedua desainer juga dilakukan untuk menggali lebih jauh pemikiran dan latar belakang di balik karya mereka. Dari analisis multimodalitas teks ditunjukkan bahwa Nita Darsono dan Novi Kristinawati merefleksikan kebertubuhan perempuan yang merasa, yang mencari keperempuannya, yang setara, yang menghubungkan, yang memastikan perawatan, dan yang fungsional-luwes dalam karyanya melalui negosiasi serta permainan mode visual maupun non visual yang melibatkan pengalaman tubuh. Karya-karya tersebut mendefinisikan ulang makna-makna keperempuanan sekaligus menunjukkan bahwa desain merupakan arena negosiasi untuk menyuarakan pengalaman, perasaan, dan perjuangan perempuan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi jalan liyan untuk melangkah lebih jauh menemui kompleksitas kebudayaan yang muncul akibat dari perkembangan desain di masa depan. Jalan yang bertolak dari pengalaman tubuh yang biologis maupun yang sosial. Dalam studi desain, eksplorasi kebertubuhan juga dapat diterapkan dalam pendekatan desain yang berbasis multisensori dan pengalaman tubuh terutama dalam studi interaksi manusia-teknologi. Pendekatan kebertubuhan juga membuka dimensi empati dan reflektif bagi interaksi manusia dengan desain, terlebih berkaitan dengan kebertubuhan di era kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI). Hari-hari ini AI telah merasuk ke segala aspek kehidupan manusia, terlebih lagi ke dalam praktik desain. Tubuh yang sebelumnya menjadi alat utama dalam praktik desain lambat laun mulai diambil alih perannya oleh AI. Oleh karena itu, persoalan tubuh dan kebertubuhan dalam desain menjadi sesuatu yang semakin kompleks karena menyangkut eksistensi manusia.