digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Postharvest loss (PHL) yang tinggi dalam usahatani kentang dapat menurunkan kualitas hasil panen dan mengurangi pendapatan petani. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan produktivitas kentang serta mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas di Kecamatan Kertasari. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis distribusi massa kentang, tingkat kerugian akibat PHL, serta nilai ekonomi dari kerugian tersebut value loss (VL). Data penelitian ini didapatkan melalui wawancara dan penyebaran kuesioner kepada 47 petani kentang, serta studi literatur. Analisis Principal Component Analysis (PCA) menggunakan perangkat lunak XLSTAT digunakan untuk menentukan variabel yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kentang. Sementara itu, Value Stream Mapping (VSM) diterapkan untuk memvisualisasikan alur distribusi massa, PHL, postharvest waste (PHW), dan VL. Analisis usahatani dilakukan untuk menghitung nilai tambah dari usahatani kentang. Selanjutnya, permasalahan yang terkait dengan PHL dianalisis menggunakan metode PESTLE (Political, Economic, Social, Technological, Legal, and Environmental), yang kemudian menjadi dasar untuk analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats). Hasil penelitian menunjukkan, bahwa produktivitas kentang di tingkat petani mencapai 3,417 kg/m²/tahun. Faktor yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas adalah kualitas bibit (0,612), modal (0,435), kualitas pupuk dan pestisida (0,343), serta pengendalian hama dan penyakit (0,283). Nilai PHL, PHW, dan total VL masing-masing sebesar 4,48% (b/b), 1,97% (b/b), dan 5,47% (Rp/Rp). Nilai tambah yang diperoleh petani dari usahatani kentang mencapai Rp3.609,00/kg, dengan rata-rata kenaikan nilai tambah sebesar 70,40% dari harga pokok penjualan. Berdasarkan temuan ini, strategi yang direkomendasikan untuk meningkatkan hasil panen kentang meliputi optimalisasi produksi, peningkatan kapasitas petani, penerapan pertanian berkelanjutan, dan mitigasi risiko. Untuk meminimalkan PHL dan PHW, diperlukan peningkatan kontrol kualitas saat penanganan, peningkatan kapasitas petani, serta penerapan praktik pertanian berkelanjutan. Selain itu, strategi untuk meningkatkan keuntungan dan nilai tambah mencakup ekspansi pasar, diversifikasi produk olahan, akses pembiayaan modal, kemitraan pemasaran, diversifikasi pasar, penguatan sistem informasi pemasaran, penguatan kelembagaan, serta optimalisasi produksi.