Batubara tetap menjadi salah satu sumber energi yang paling hemat biaya,
memainkan peran penting dalam bauran energi nasional Indonesia dan
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan nasional. PT XYZ,
produsen batubara terkemuka, mencatat total produksi sebesar 41,94 juta ton pada
tahun 2023, dengan pengangkutan batubara sebesar 32,42 juta ton. Untuk tahun
2026, PT XYZ telah menetapkan target yang ambisius, yaitu memproduksi dan
mengirim 60 juta ton. Peningkatan volume pengiriman tahunan yang diproyeksikan
ini diperkirakan akan memberikan tekanan yang cukup besar pada alat berat yang
ada di PT XYZ, khususnya sistem Load Out di Coal Handling Facility (CHF).
Sistem Load Out yang ada pada CHF 3, dengan kapasitas nominal 1.500 ton per
jam (TpH) untuk setiap konveyor, saat ini beroperasi mendekati kapasitas
maksimumnya. Namun, kapasitas ini diproyeksikan tidak mampu untuk memenuhi
target tahun 2026 sebesar 10 juta ton, dan permintaan terus meningkat menjelang
tahun 2030 dan seterusnya. Karena permintaan produksi dan transportasi batu
bara meningkat, penting untuk menilai apakah infrastruktur saat ini dapat
menopang beban ini tanpa mengorbankan efisiensi atau keandalan operasional.
Penelitian ini menggunakan metode analisis kemampuan rantai pasok, dengan
fokus pada logistik transportasi batu bara di Stasiun Pemuatan Kereta 3 (TLS103).
Temuan utama menyoroti perlunya peningkatan strategis pada sistem Pemuatan di
CHF 3, khususnya dalam meningkatkan kapasitas konveyor dan mengoptimalkan
konfigurasi operasional TLS103. Melalui perhitungan kebutuhan tonase per jam
(TpH) yang diperlukan untuk mencapai target produksi tahun 2026, studi ini
mengidentifikasi kesenjangan signifikan dalam sistem saat ini yang dapat
menghambat kemampuan PT XYZ untuk memenuhi targetnya. Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini akan menjadi rekomendasi untuk membuat keputusan tentang
investasi modal dan peningkatan operasional.