digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Resiko operasional merupakan resiko yang telah ada sejak lama. Sejak bank didirikan, kerugian yang didapat dari resiko operasional sudah menjadi sesuatu yang umum terjadi. Perubahan yang terjadi pada industri perbankan menyebabkan terjadinya perubahan karakteristik resiko operasional. Berdasarkan ketentuan Komite Basel (Basel II accord) terdapat empat metode untuk menghitung modal regulasi risiko operasional, yaitu: Basic Indicator Approach (BIA), Standardized Approach (SA), Advanced Standardized Approach (ASA), dan Advanced Measurement Approach (AMA). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis resiko operasional dengan menggunakan metode Standardized Approach (SA) dan Advanced Measurment Approach (AMA) pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk. dengan berdasarkan Komite Basel II accord. Dalam penelitian ini digunakan metode SA untuk meminimalkan pengalokasikan modal regulasi pada resiko operasional bank BNI yang mungkin terjadi, dan untuk mengoptimalkan estimasi potensi kerugian pada bank BNI, peneliti menggunakan AMA melalui model Loss Distribution Approach (LDA). Hasil yang diperoleh dari perhitungan menggunakan SA pada tahun 2011, 2012 dan 2013 masing-masing sebesar Rp 2,39 T, Rp 2,76 T dan Rp 3, 19 T, Sementara data yang diperoleh dari Bank Negara Indonesia (BNI) pada tahun 2011, 2012 dan 2013 yang mengungkapkan risiko operasional dengan menggunakan Basic Indicator Approach (BIA) diperoleh modal regulasi masing-masing Rp 2,38 T, modal Rp 2,74 T dan Rp 3,17 T . Selanjutnya, estimasi untuk tahun 2014 dan 2015 memperoleh hasil masing-masing Rp 3,68 T, dan Rp 3,65 T. Hasil perhitungan SA, hamper sama dengan hasil perhitungan modal regulasi BNI menggunakan BIA. Dan hasil optimasi risiko kerugian dengan menggunakan AMA pada 2014 yang diperoleh Rp 2,29 Triliun dengan tingkat kepercayaan 99%. Dan hasil dari simulasi pada tahun 2011 hingga 2013 memperoleh modal regulasi masing-masing sebesar Rp 2,36 T, Rp 2,34 T dan Rp 2,33 T dengan tingkat kepercayaan 99%. Untuk simulasi pada tahun 2015 memperoleh modal peraturan Rp 2,25 T, dengan tingkat kepercayaan yang sama. Hasil di atas optimal, karena jika dibandingkan dengan SA atau BIA, AMA dengan model LDA pada aggregate method memperoleh estimasi yang lebih efisien.