digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Muhammad Fadhilah Sidik
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Indonesia memiliki komoditas yang berlimpah, diantaranya yaitu cadangan gas alam. Salah satu lokasi dengan gas alam melimpah adalah Kabupaten Teluk Bintuni sehingga adanya rencana untuk membangun kilang Liquified Natural Gas (LNG) yang baru di daerah Teluk Bintuni. Kilang baru yang dibangun berupa onshore modularized LNG plant, yaitu kilang yang terdiri dari komponen modular yang dapat dirakit menjadi kilang utuh. Oleh sebab itu komponen modular kilang LNG yang berjumlah 400 modul perlu ditransportasi dari fabrication yard ke Teluk Bintuni dalam jangka waktu 500 hari. Dalam penelitian ini akan dilakukan penentuan biaya transportasi untuk 400 komponen modular kilang LNG ini. Penentuan biaya dilakukan dengan merencanakan empat alternatif metode transportasi, dengan pembeda pada ukuran kapal barge yang digunakan dan lokasi fabrication yard komponen modular LNG, dan membandingkan hasil simulasi biaya transportasi dari keempat alternatif tersebut. Alternatif pertama mengirimkan komponen modular dari fabrication yard yang berlokasi di Batam, menggunakan barge berukuran 300 ft. Alternatif kedua mengirimkan modular dari fabrication yard yang berlokasi di Cilegon, menggunakan barge yang sama dari alternatif pertama. Alternatif ketiga dan keempat mengirimkan komponen modular dari fabrication yard yang sama seperti pada alternatif pertama dan kedua, namun menggunakan barge berukuran 270 ft. Keempat alternatif disimulasikan dengan perancangan konfigurasi penempatan modul pada barge sesuai dengan ukuran barge per alternatif untuk transportasi 400 modul yang memiliki ukuran dan berat berbeda-beda. Selain itu dilakukan penentuan rute pelayaran dan penjadwalan transportasi sesuai dengan kaidah dari standar DNVGL ST-N001 dan DNV-RP-H103. Berdasarkan standar DNVGL ST-N001 kecepatan maksimum penarikan barge oleh kapal tongkang dipengaruhi oleh ketinggian gelombang signifikan yang tidak boleh melebihi 5 m, sehingga dilakukan analisis durasi pelayaran berdasarkan data historis gelombang signifikan dan swell selama 10 tahun sepanjang rute pelayaran yang didapatkan dari data ERA-5 ECMWF. Dalam penjadwalan ditentukan durasi lama pelayaran, jumlah barge yang digunakan, dan durasi bongkar-muat modul di pelabuhan fabrication yard dan Pelabuhan Tangguh, Bintuni. Keterbatasan kemampuan ballasting dari barge dan keadaan tunggang pasang-surut di Bintuni yang tinggi mengakibatkan perlunya perencanaan jangka waktu yang memungkinkan untuk kegiatan bongkar modul di Pelabuhan Bintuni menggunakan alat berat crane dan SPMT. Simulasi biaya transportasi dilakukan dengan estimasi biaya penyewaan, sesuai dengan kaidah dari peraturan menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat nomor 1 tahun 2022, selama durasi transportasi untuk setiap alternatif. Terakhir dilakukan perbandingan biaya transportasi hasil simulasi dari keempat alternatif dan dipilih alternatif paling ekonomis. Didapatkan hasil simulasi biaya transportasi untuk alternatif pertama dengan lokasi fabrication yard di Batam dan menggunakan barge 300 ft sebesar Rp. 1.178,72 Miliar dengan durasi selama 385 hari. Alternatif kedua dengan fabrication yard di Cilegon dengan penggunaan barge 300-ft membutuhkan biaya sebesar Rp. 980,52 Miliar dengan durasi selama 320 hari. Aternatif ketiga dengan fabrication yard di Batam dan menggunakan barge 270 ft membutuhkan biaya sebesar Rp. 703,28 Miliar dengan durasi 394 hari. Alternatif paling ekonomis didapatkan untuk alternatif keempat, dengan fabrication yard di Cilegon dan menggunakan barge berukuran 270 ft, yang membutuhkan biaya sebesar 574,35 Miliar selama 419 hari. Hasil ini menandakan bahwa, khusus untuk skenario ini, penggunaan barge 270 ft dengan ukuran lebih kecil, lebih ekonomis dengan biaya akhir 51% lebih murah dibandingkan alternatif pertama dengan penggunaan barge 300 ft karena dibataskan pada jangka waktu 500 hari. Simulasi ini tidak memperhitungkan faktor kestabilan barge pada penempatan modul sehingga dapat menghasilkan hasil yang berbeda jika diperhitungkan. Simulasi kedepannya dapat dilakukan dengan memperhitungkan faktor kestabilan kapal barge saat transportasi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.