








Penerapan metode block caving dalam 20 tahun terakhir semakin popular dan
meluas cakupannya pada massa batuan kuat. Di Indonesia juga terdapat sejumlah
potensi endapan porfiri yang prospektif untuk penerapan metode block caving,
yaitu: Onto di Pulau Sumbawa, Tambulilato di Pulau Sulawesi, Tumpangpitu dan
Randu Kuning di Pulau Jawa. Sebagai persiapan untuk menunjang tahap ekplorasi
dan operasi produksi di masa depan, penguasaan metode kuantifikasi massa batuan
di sekitar tambang yang menggunakan metode block caving menjadi krusial.
Dimensi bukaan yang relatif besar, terletak jauh di permukaan, dan sifat batuan
yang keras, menjadikan tantangan penambangan metode block caving semakin
menantang sehingga diperlukan metode pemantauan yang handal untuk
pengendalian bahaya gempa dan rockburst. Sampai saat ini, monitoring
mikroseismik telah digunakan untuk analisis hiposenter dan klaster gempa di
tambang bawah tanah. Akan tetapi, pemanfaatan data geofisika dari gempa yang
terjadi di sekitar cave untuk informasi evolusi kondisi massa batuan masih sangat
terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menguantifikasi tingkat kerusakan massa
batuan pada mekanisme propagasi cave berdasarkan pengukuran kecepatan
gelombang ultrasonik batuan terkekarkan di laboratorium, tomografi kecepatan
gelombang seismik di lapangan, dan pemodelan numerik tegangan-regangan.
Studi dilakukan di cave DMLZ, cave terdalam (terletak sekitar 1700 m di bawah
permukaan) di site PT Freeport Indonesia, Papua. Massa batuan di DMLZ
didominasi oleh batuan karbonatan (batugamping dan marmer) yang ditembus oleh
intrusi Diorit dan membentuk endapan Skarn. Sampel inti bor dari site dipotongpotong,
kemudian potongan-potongan sampel diatur untuk berbagai konfigurasi
kerapatan kekar. Pengukuran kecepatan gelombang primer dan sekunder (Vp dan
Vs) di laboratorium menggunakan alat ukur gelombang ultrasonic Panasonic Oyo
2.0 telah dilakukan. Sekitar 409 data hasil pengukuran memberikan persamaan
empiris yang menyatakan hubungan antara frekuensi kekar (FF) dengan kecepatan
gelombang, yaitu ????????????
????????????
= e-0.016FF dan ????????????
????????????
= e-0.056FF. Vpj dan Vsj menyatakan kecepatan
gelombang sampel terkekarkan serta Vp0 dan Vs0 menyatakan kecepatan gelombang
sampel batuan utuh.
Persamaan ini kemudian digunakan untuk kuantifikasi kualitas massa batuan pada
mekanisme caving. Tomografi 4D kecepatan gelombang seismik selama 57 hari
menunjukkan bahwa menjelang caving terbentuk zona kecepatan rendah dengan
Vp 4.5 km/s, yang berarti massa batuan mengalami peningkatan kerapatan kekar
hingga 16 kekar/meter atau setara dengan RQD 50.41% (Fair Rock). Perburukan
atau kerusakan massa batuan terjadi secara cepat akibat pertumbuhan kekar yang
ditunjukkan oleh penurunan gelombang. Dua minggu sebelum caving, di zona
kecepatan rendah terjadi tingkat kerusakan massa batuan (D) sekitar 0.74, 0.5, dan
0.67 berturut-turut berdasarkan parameter Vp, Vs, dan modulus deformasi massa
massa batuan (Erm).
Zona kecepatan rendah dipertimbangkan sebagai zone of loosening yang diberi
perlakuan modifikasi propertis massa batuan pada pemodelan numerik teganganregangan-
perpindahan. Distribusi perpindahan hasil pemodelan cukup valid karena
sesuai dengan perubahan bentuk cave menurut data Time Domain Reflectometer
(TDR). Metode modifikasi model kemudian diterapkan untuk melakukan simulasi
interaksi cave dengan zone of loosening dan zona fraktur sintetik. Pemanfaatan
kecepatan batuan dari tomografi 4D dan pendekatan untuk memodifikasi modulus
deformasi massa batuan berguna sebagai referensi untuk menganalisis model
perpindahan terkait propagasi cave. Studi kasus dan simulasi yang dicontohkan
penting untuk memahami rekayasa batuan dalam mengendalikan propagasi cave,
baik dengan preconditioning massa batuan atau penanganan zona fraktur.