PT Bhumi Rantau Energi (BRE) merupakan salah satu perusahaan tambang
batubara yang pada tahun 2025 akan mengalami perkembangan sekuen
penambangan. Perubahan ini berpotensi meningkatkan luas bukaan lahan serta
mengakibatkan peningkatan debit limpasan dan sediment yang masuk ke settling
pond Krakatau Selatan. Kondisi tersebut dapat mengurangi efektivitas sistem
pengelolaan air tambang dalam mengendapkan sedimen sebelum air dilepaskan ke
lingkungan. Jika kapasitas pengendapan tidak mencukupi, sebagian sedimen dapat
tetap tersuspensi dalam air limpasan dan berisiko meningkatkan kekeruhan serta
menurunkan kualitas air di badan air sekitar tambang.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan primer untuk menganalisis debit air
limpasan dan laju erosi di sekitar settling pond Krakatau Selatan. Data sekunder
mencakup curah hujan, peta topografi, dan citra satelit PT BRE, sementara data
primer berasal dari uji kandungan zat organik serta distribusi ukuran partikel. Data
curah hujan dan peta topografi digunakan sebagai input untuk menganalisis debit
total limpasan air menuju settling pond menggunakan metode hidrograf SCS.
Seluruh data tersebut juga digunakan untuk menghitung faktor-faktor yang
memengaruhi laju erosi, seperti erosivitas hujan (R), panjang dan kemiringan lereng
(LS), konservasi lahan (P), tutupan vegetasi (C), serta erodibilitas tanah (K), yang
kemudian diolah menggunakan metode USLE. Hasil perhitungan ini digunakan
untuk menentukan beban sedimen akibat erosi pada tiap catchment. Selanjutnya,
hasil analisis debit limpasan (Qin) dan beban sedimen yang dihasilkan akibat erosi
menjadi dasar evaluasi kapasitas settling pond.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa debit limpasan yang masuk ke settling pond
Krakatau Selatan mencapai 5,52 m³/s sebagai dampak dari perubahan lahan. Beban
erosi pada area penelitian menghasilkan sediment yield tahunan sebesar 384.247
ton, dengan peningkatan terbesar terjadi pada musim hujan dari Januari hingga Mei.
Oleh karena itu, direkomendasikan pembangunan kolam retensi tambahan dengan
kapasitas minimal 53.312 m³ guna mengurangi tekanan terhadap settling pond
utama. Analisis kebutuhan perawatan menunjukkan bahwa pengerukan rutin
menggunakan alat berat PC200 diperlukan untuk menjaga kapasitas kolam tetap
optimal. Selain itu, penerapan sistem dua kolam paralel diusulkan untuk
memungkinkan proses pengerukan tanpa mengganggu pengendapan sedimen.