digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT Bhumi Rantau Energi (BRE) merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang pada tahun 2025 akan mengalami perkembangan sekuen penambangan. Perubahan ini berpotensi meningkatkan luas bukaan lahan serta mengakibatkan peningkatan debit limpasan dan sediment yang masuk ke settling pond Krakatau Selatan. Kondisi tersebut dapat mengurangi efektivitas sistem pengelolaan air tambang dalam mengendapkan sedimen sebelum air dilepaskan ke lingkungan. Jika kapasitas pengendapan tidak mencukupi, sebagian sedimen dapat tetap tersuspensi dalam air limpasan dan berisiko meningkatkan kekeruhan serta menurunkan kualitas air di badan air sekitar tambang. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan primer untuk menganalisis debit air limpasan dan laju erosi di sekitar settling pond Krakatau Selatan. Data sekunder mencakup curah hujan, peta topografi, dan citra satelit PT BRE, sementara data primer berasal dari uji kandungan zat organik serta distribusi ukuran partikel. Data curah hujan dan peta topografi digunakan sebagai input untuk menganalisis debit total limpasan air menuju settling pond menggunakan metode hidrograf SCS. Seluruh data tersebut juga digunakan untuk menghitung faktor-faktor yang memengaruhi laju erosi, seperti erosivitas hujan (R), panjang dan kemiringan lereng (LS), konservasi lahan (P), tutupan vegetasi (C), serta erodibilitas tanah (K), yang kemudian diolah menggunakan metode USLE. Hasil perhitungan ini digunakan untuk menentukan beban sedimen akibat erosi pada tiap catchment. Selanjutnya, hasil analisis debit limpasan (Qin) dan beban sedimen yang dihasilkan akibat erosi menjadi dasar evaluasi kapasitas settling pond. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debit limpasan yang masuk ke settling pond Krakatau Selatan mencapai 5,52 m³/s sebagai dampak dari perubahan lahan. Beban erosi pada area penelitian menghasilkan sediment yield tahunan sebesar 384.247 ton, dengan peningkatan terbesar terjadi pada musim hujan dari Januari hingga Mei. Oleh karena itu, direkomendasikan pembangunan kolam retensi tambahan dengan kapasitas minimal 53.312 m³ guna mengurangi tekanan terhadap settling pond utama. Analisis kebutuhan perawatan menunjukkan bahwa pengerukan rutin menggunakan alat berat PC200 diperlukan untuk menjaga kapasitas kolam tetap optimal. Selain itu, penerapan sistem dua kolam paralel diusulkan untuk memungkinkan proses pengerukan tanpa mengganggu pengendapan sedimen.