







Urbanisasi yang pesat di Jakarta Selatan telah menciptakan tantangan signifikan
dalam distribusi dan aksesibilitas fasilitas publik. Penelitian ini mengkaji tingkat
aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan, pendidikan, niaga, taman, dan
transportasi umum dengan menggunakan konsep "Kota 15 Menit" sebagai
pendekatan analisis. Konsep ini menekankan kemudahan akses fasilitas publik
dalam waktu maksimal 15 menit berjalan kaki atau bersepeda, yang bertujuan
menciptakan kota berkelanjutan dan inklusif. Metodologi penelitian mencakup
analisis service area berbasis GIS, perhitungan indeks aksesibilitas dengan bobot
waktu tempuh dan jenis fasilitas, serta overlay peta indeks aksesibilitas dengan
peta permukiman kumuh untuk mengidentifikasi wilayah prioritas. Hasil
penelitian menunjukkan adanya ketimpangan aksesibilitas, di mana wilayah
dengan konsentrasi masyarakat berpenghasilan rendah cenderung memiliki
tingkat aksesibilitas yang lebih rendah terhadap fasilitas publik. Temuan ini
menggarisbawahi perlunya perencanaan kota yang lebih inklusif untuk
mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi. Penelitian ini memberikan
kontribusi akademis dalam penerapan konsep "Kota 15 Menit" di negara
berkembang serta rekomendasi praktis untuk pengambil kebijakan dalam
meningkatkan distribusi fasilitas publik di Jakarta Selatan. Diharapkan hasil
penelitian ini dapat menjadi dasar bagi perencanaan yang lebih adil, ramah
lingkungan, dan berkelanjutan.