digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pemerintah telah menerbitkan Instruksi Presiden nomer 5 Tahun 2020 tentang National Logistics Ecosystem (NLE) yang terdiri dari empat action plan termasuk salah satu aktivitasnya adalah sinkronisasi jalur kereta ke palabuhan. Target awal aktivitasnya adalah peIDRanjangan jalur kereta menuju Pelabuhan Pasoso atau Pelabuhan JICT namun rencana tersebut akan mengganggu operasional trucking eksisting. Sehingga, pihak-pihak yang terlibat memutuskan untuk implementasi Instruksi Presiden no 5 Tahun 2020 dibuat quick win: Angkutan KA Petikemas Door-to-Port dari Terminal Petikemas Gedebage menuju Pelabuhan JICT. Terkait quick win, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan dari proyek bagi KAI. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan capital budgeting analysis dan risk analysis. Untuk capital budgeting analysis, terdapat beberapa parameter yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period dan Profitability Index berdasarkan perhitungan free cash flow project. Untuk risk analysis, penulis menggunakan sensitivity analysis dan monte carlo simulation. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 3 skenario berdasarkan beberapa komponen antara lain: (1) persentase IMO BMN Non-Contract, (2) Track Access Charge, dan (3) Tarif Angkutan KA. Dari tiga scenario, scenario ketiga merupakan skenario terbaik dimana persentase IMO BMN Non-Contract sebesar 0%, track access charge sebesar IDR 1/GT-Km dan Tarif Angkutan KA sebesar IDR 4,700,000. Berdasarkan perhitungan discounted cash flow, NPV sebesar IDR 690 juta, IRR sebesar 55%, Payback Period selama 2.94 tahun dan Profitability Index sebesar 2.29. Berdasarkan parameter, Proyek dapat dianggap layak hanya jika kondisi pada scenario tiga terpenuhi. Terdapat beberapa variable yang berpengaruh terhadap kelayakan proyek, yaitu Tarif Angkutan KA, persentase IMO BMN Non-Contract, pertumbuhan pasar dan inflasi.