
ABSTRAK Muhammad Fatanillah Alfitra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 1 Muhammad Fatanillah Alfitra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 2 Muhammad Fatanillah Alfitra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 3 Muhammad Fatanillah Alfitra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 4 Muhammad Fatanillah Alfitra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 5 Muhammad Fatanillah Alfitra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

BAB 6 Muhammad Fatanillah Alfitra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

PUSTAKA Muhammad Fatanillah Alfitra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB

LAMPIRAN Muhammad Fatanillah Alfitra
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Terbatas Yoninur Almira
» Gedung UPT Perpustakaan
» ITB
Kota Bandung menghadapi tantangan besar dalam memenuhi standar minimal
proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30% dari total luas wilayah,
sebagaimana diamanatkan dalam Permen ATR/BPN No.14 Tahun 2022. Saat ini,
proporsi RTH Kota Bandung hanya mencapai 12,47%, yang dapat berdampak
negatif pada kondisi lingkungan, seperti peningkatan suhu udara, penurunan
kualitas udara, dan risiko banjir. Kecamatan Gedebage, yang menjadi kawasan
prioritas pengembangan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota
Bandung 2022–2042, memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan
terpadu dengan fasilitas sosial dan ekologis berskala kota. Namun, kawasan ini
masih kekurangan RTH publik yang dapat menunjang aktivitas sosial masyarakat
serta menghadapi permasalahan banjir akibat posisinya sebagai dataran terendah
di Cekungan Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk merancang kawasan RTH
publik berupa taman kota dan hutan kota di Gedebage dengan mempertimbangkan
prinsip perancangan normatif. Penelitian menggunakan metode pengumpulan data
primer (observasi dan wawancara), serta data sekunder (dokumen perencanaan,
jurnal, dan literatur terkait). Analisis dilakukan melalui deskriptif kualitatif,
deskriptif kuantitatif, analisis tapak internal dan eksternal, perancangan
fragmental dan pembagian berdasarkan aspek (division by aspect). Rancangan
didasarkan pada prinsip perancangan normatif, identifikasi potensi dan persoalan
kawasan, serta gagasan desain yang mempertimbangkan kriteria ruang publik,
yaitu keberlanjutan, interaksi sosial, edukatif, estetika, dan konektivitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rancangan RTH publik Gedebage
mengalokasikan 80% kawasan untuk elemen ekologis, seperti lahan hijau dengan
vegetasi beragam, embung, dan area resapan air untuk pengendalian banjir.
Sisanya, 20% kawasan dirancang untuk sirkulasi dan fasilitas sosial seperti
lapangan olahraga, taman bermain, ampiteater, plaza, dan tempat jajanan
(foodcourt). Konsep keberlanjutan diterapkan melalui penggunaan material ramah
lingkungan, bangunan dengan vertikal garden, dan desain tutupan berpori untuk
meningkatkan daya serap air. Selain itu, kawasan ini dirancang untuk mendukung
berbagai aktivitas sosial, mulai dari olahraga, rekreasi, hingga edukasi, yang
diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kota Bandung.