digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri fashion, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia, menghadapi tantangan signifikan dalam mencapai pertumbuhan berkelanjutan, terutama karena terbatasnya adopsi teknologi di kalangan usaha kecil dan menengah (UKM). Dengan hadirnya teknologi baru, pertumbuhan berkelanjutan dapat dicapai; Namun, usaha kecil dan menengah sering kali mengalami kesulitan karena keterbatasan sumber daya dan dukungan. Distribusi sumber daya dan kesiapan teknologi yang tidak merata di kalangan UKM menimbulkan hambatan kritis yang memerlukan perhatian segera. Literatur yang ada menunjukkan kesenjangan dalam memahami bagaimana adopsi teknologi baru dapat meningkatkan kinerja bisnis yang berkelanjutan untuk UKM ini, menggarisbawahi perlunya penelitian yang ditargetkan dan solusi praktis. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi cara-cara di mana adopsi teknologi baru dapat mendukung pertumbuhan berkelanjutan usaha kecil dan menengah dalam industri mode dan mengidentifikasi faktor penentu adopsi teknologi baru (ETA) untuk UKM ini. Metode yang digunakan pada riset ini adalah explorative sequential mixed method. Pengumpulan data kualitatif dilakukan oleh peneliti melalui sejumlah wawancara dan sesi focus group discussion dengan 40 pemangku kepentingan terkait (akademisi, perusahaan besar, UKM fesyen, komunitas, pejabat pemerintah, dan penyedia teknologi), untuk memperoleh wawasan mendalam tentang ETA. Selanjutnya, variabel ditarik dan dipetakan menggunakan NVivo12, dan instrumen survei dibuat untuk mengujinya. Dengan menggunakan sampel 402 UKM fesyen, data dianalisis lebih lanjut menggunakan PLS-SEM. Hasilnya menyoroti berbagai relevansi adopsi teknologi dalam kinerja bisnis berkelanjutan dan cara setiap pemangku kepentingan dapat mendorong pengembangan adopsi teknologi. Pertama, hasil statistik penelitian ini menunjukkan relevansi mempertimbangkan tidak hanya aspek teknologi, organisasi, dan lingkungan, tetapi juga faktor pemimpin UKM terhadap adopsi ET. Sikap kewirausahaan pemimpin UKM merupakan faktor terbesar yang memengaruhi ETA, setelah pengetahuan teknologi mereka. Faktor penting lainnya adalah persepsi kegunaan dan kompatibilitas teknologi yang muncul. Studi ini juga tidak menemukan masalah substansial tentang kemudahan penggunaan ET atau persepsi biaya, tidak seperti penelitian sebelumnya. Studi ini menunjukkan bahwa UKM dengan omzet yang lebih tinggi lebih mudah menerima adopsi ET, sebagaimana dibuktikan dengan hasil yang signifikan untuk ukuran perusahaan. Penelitian kami juga memberikan wawasan adopsi ET dengan menekankan mode pada lingkungan UKM. Dengan sumber daya yang terbatas, para pemangku kepentingan harus membantu UKM mode dengan kesadaran ET, bimbingan, pelatihan teknis, dan dukungan. Semangat kompetitif UKM mode menginspirasi para pemimpin UKM lainnya untuk menemukan metode baru agar tangguh dan kompetitif. Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis terhadap literatur yang ada tentang manajemen teknologi UKM mode dan memberikan arahan bagi para pemangku kepentingan terkait dalam pertumbuhan UKM yang berkelanjutan di industri mode.