digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perkembangan Jakarta sebagai pusat ekonomi telah memicu urbanisasi yang tinggi, yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hunian di tengah terbatasnya lahan. Kondisi ini memaksa masyarakat menengah ke bawah tinggal di permukiman dengan kualitas fisik yang rendah. Fenomena ini mendorong pengembangan hunian vertikal, seperti apartemen, sebagai solusi keterbatasan lahan, meskipun seringkali dibangun pada lahan dengan harga tinggi untuk menghindari kenaikan harga yang lebih besar di masa depan. Pembangunan apartemen ini juga menyebabkan terjadinya gentrifikasi, berbeda dengan negara lain di mana gentrifikasi akibat pembangunan apartemen biasanya terjadi pada lahan dengan harga yang menurun akibat perkembangan kota dan meningkatnya kriminalitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola perubahan harga lahan dan kaitannya terhadap sebaran dan pertumbuhan apartemen di Jakarta. Sasaran dalam penelitian ini adalah teridentifikasinya sebaran dan pertumbuhan apartemen di Jakarta, teridentifikasinya pola perubahan harga lahan di Jakarta, dan terumuskannya faktor-faktor pola perubahan harga lahan terhadap pertumbuhan apartemen di Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis spasial, deskriptif kualitatif, deskriptif asosiatif, dan analisis statistik deskriptif untuk mengidentifikasi pola perubahan harga lahan dan pertumbuhan apartemen. Penelitian ini menganalisis pertumbuhan apartemen dengan faktor ekonomi dan kebijakan rumah susun, pola perubahan harga lahan, dan faktor-faktor pola perubahan harga lahan terhadap pertumbuhan apartemen berdasarkan koridor favorit dan tipologi apartemen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola perubahan harga lahan di Jakarta secara dominan mengalami peningkatan. Perubahan rata-rata harga lahan per tahun sejak apartemen beroperasi dan berkembang hingga saat ini didominasi oleh pertumbuhan yang positif dimana apartemen pada koridor SCBD mencatat pertumbuhan harga lahan positif yang paling tinggi, sementara pada tipologi apartemen mencatat apartemen menengah mengalami pertumbuhan harga lahan yang positif paling tinggi. Selain itu, pendekatan rent gap theory di Jakarta dan di negara lain menunjukkan perbedaan di mana secara umum pertumbuhan apartemen di Jakarta tidak didahului oleh penurunan harga lahan.