








Perkembangan Jakarta sebagai pusat ekonomi telah memicu urbanisasi yang tinggi,
yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan hunian di
tengah terbatasnya lahan. Kondisi ini memaksa masyarakat menengah ke bawah
tinggal di permukiman dengan kualitas fisik yang rendah. Fenomena ini mendorong
pengembangan hunian vertikal, seperti apartemen, sebagai solusi keterbatasan
lahan, meskipun seringkali dibangun pada lahan dengan harga tinggi untuk
menghindari kenaikan harga yang lebih besar di masa depan. Pembangunan
apartemen ini juga menyebabkan terjadinya gentrifikasi, berbeda dengan negara
lain di mana gentrifikasi akibat pembangunan apartemen biasanya terjadi pada
lahan dengan harga yang menurun akibat perkembangan kota dan meningkatnya
kriminalitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola perubahan harga
lahan dan kaitannya terhadap sebaran dan pertumbuhan apartemen di Jakarta.
Sasaran dalam penelitian ini adalah teridentifikasinya sebaran dan pertumbuhan
apartemen di Jakarta, teridentifikasinya pola perubahan harga lahan di Jakarta, dan
terumuskannya faktor-faktor pola perubahan harga lahan terhadap pertumbuhan
apartemen di Jakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis spasial, deskriptif kualitatif,
deskriptif asosiatif, dan analisis statistik deskriptif untuk mengidentifikasi pola
perubahan harga lahan dan pertumbuhan apartemen. Penelitian ini menganalisis
pertumbuhan apartemen dengan faktor ekonomi dan kebijakan rumah susun, pola
perubahan harga lahan, dan faktor-faktor pola perubahan harga lahan terhadap
pertumbuhan apartemen berdasarkan koridor favorit dan tipologi apartemen. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pola perubahan harga lahan di Jakarta secara
dominan mengalami peningkatan. Perubahan rata-rata harga lahan per tahun sejak
apartemen beroperasi dan berkembang hingga saat ini didominasi oleh
pertumbuhan yang positif dimana apartemen pada koridor SCBD mencatat
pertumbuhan harga lahan positif yang paling tinggi, sementara pada tipologi
apartemen mencatat apartemen menengah mengalami pertumbuhan harga lahan
yang positif paling tinggi. Selain itu, pendekatan rent gap theory di Jakarta dan di
negara lain menunjukkan perbedaan di mana secara umum pertumbuhan apartemen
di Jakarta tidak didahului oleh penurunan harga lahan.