digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Open In Flip Book Dewi Supryati Ringkasan

Peningkatan jumlah penduduk usia senior di dunia menyebabkan adanya perubahan struktur penduduk dimana jumlah penduduk usia senior lebih banyak dari usia muda, yang disebut sebagai penuaan populasi (ageing society). Adanya penuaan populasi ini berdampak pada peningkatan jumlah angkatan kerja usia senior. Indonesia pun mulai mengalami peningkatan jumlah angkatan kerja usia 45-59 tahun sebesar 4,18% per tahun. Peningkatan ini lebih tinggi dari jumlah angkatan kerja yang lebih muda (usia 15-44 tahun) yang hanya sebesar 2,16% per tahun. Peningkatan jumlah pekerja senior tersebut memunculkan tantangan khususnya terkait dengan penurunan kemampuan individu saat memasuki usia yang semakin menua. Penurunan tersebut salah satunya terkait dengan kemampuan kognitif dasar yang banyak diperlukan dalam pekerjaan khusunya yang berhubungan dengan interaksi sistem dimana salah satunya adalah pekerjaan di ruang kendali. Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif pekerja senior tersebut agar dapat memenuhi tuntutan pekerjaannya. Upaya untuk meningkatkan kemampuan kognitif saat ini banyak dilakukan dengan pendekatan individual lewat terapi maupun pelatihan, masih sedikit studi yang melakukan upaya peningkatan kemampuan kognitif yang dihubungkan dengan pekerjaan. Peningkatan kemampuan kognitif dalam pekerjaan dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu. Pemanfaatan teknologi dalam alat bantu kerja untuk meningkatkan kemampuan kognitif dapat menggunakan teknologi Extended Reality, dimana salah satunya adalah teknologi Augmented Reality (AR) yang memungkinkan pekerja tetap berinteraksi dengan lingkungan nyata pekerjaannya selain tidak memerlukan peralatan yang mahal untuk penegmbangannya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk merancang alat bantu dengan teknologi AR bagi pekerja senior untuk meningkatkan kemampuan kognitif dalam memenuhi tuntutan pekerjaan di ruang kendali. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap utama, yaitu tahap pertama untuk menentukan dan mengukur kemampuan kognitif pekerja senior yang dibandingkan dengan usia muda untuk mendapatkan kemampuan kognitif apa yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan. Tahap kedua perancangan alat bantu untuk meningkatkan kemampuan kognitif tersebut. ii Pada studi tahap pertama dilakukan identifikasi tugas kritis pada pekerjaan ruang kendali. Identifikasi dilakukan melalui cognitive task analysis (CTA) dan diskusi dengan perwakilan empat perusahaan di bidang industri proses, telekomunikasi, penyiaran, dan pembangkit listrik, serta melibatkan psikolog. Pengukuran kemampuan kognitif dilakukan pada usia senior sebanyak 131 orang dan usia muda 116 orang usia senior yang disaring dari pengujian MoCA sebelumnya yang sejumlah masing masing 150 dan 140 orang. Pengukuran kemampuan kognitif dilakukan dengan aplikasi CogniFit, dan didapatkan hasil bahwa ada perbedaan kemampuan kognitif yang signifikan antara pekerja senior dan muda pada kemampuan persepsi dan koordinasi, dimana kemampuan persepsi kelompok senior lebih rendah dari usia muda. Pengukuran gelombang otak dengan menggunakan mobile electroencepalography (EEG) dilakukan untuk melihat penurunan dan peningkatan pola gelombang alpha, theta, dan beta pada masing masing tingkat kemampuan kognitif, dan didapatkan adanya konsistensi pada penurunan gelombang theta dan beta serta peningkatan alpha sesuai dengan tingkat kemampuan kognitif per kelompok, namun pada kemampuan persepsi menunjukkan jarak peningkatan dan penurusan yang lebih tajam dibandingkan aspek kognitif yang lain. Tahap kedua dilakukan perancangan alat bantu pada pekerjaan senior di depan layar kendali terkait dengan peningkatan kemampuan persepsi untuk membantu meningkatkan performansi kerja. Simulasi panel ruang kendali yang dibuat adalah proses elektrolisa air untuk hydrogen generator yang nantinya digunakan sebagai bahan bakar untuk industri pembuatan semen. Rancangan dibuat berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan dan penentuan karakteristik teknis yang didasarkan pada CTA yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Rancangan alat bantu menggunakan teknologi augmented reality (AR) untuk membantu menjelaskan proses yang ada pada panel simulasi. Berdasarkan hasil evaluasi dengan system usability scale (SUS) didapatkan nilai 78 yang berarti rancangan mampu pakai sehingga bisa diuji cobakan penerapannya. Uji coba rancangan dilakukan dalam sebuah eksperimen yang melibatkan enam belas partisipan yang sesuai dengan karakteristik pekerja senior di ruang kendali. Kriteria peningkatan kemampuan kognitif yang diukur pada eksperimen ini, meliputi keberhasilan pemahaman proses yang terkait dengan aspek persepsi dalam simulasi, waktu reaksi dalam merespon kondisi darurat, dan jumlah produksi yang bisa dihasilkan. Pada semua kriteria tersebut didapatkan bahwa rata-rata performansi dengan menggunakan AR signifikan lebih tinggi daripada tanpa AR yaitu untuk pemahaman proses lebih tinggi 5,2% (P value = 0,016); waktu respon terhadap kondisi darurat dengan AR lebih cepat 11,2% (P value = 0,013), dan jumlah produksi lebih tinggi 11,8% (P value = 0,012). Pada eksperimen juga diukur beban kerja mental dengan menggunakan NASA TLX dan EEG, didapatkan bahwa ada kenaikan beban kerja mental saat menggunakan AR, namun tidak berbeda signifikan dengan beban kerja mental tanpa AR. iii Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan AR sebagai alat bantu kerja dapat meningkatkan kemampuan kognitif pengguna. Hal ini berimplikasi pada peningkatan efisiensi dan produktivitas kerja di ruang kendali. Teknologi AR dapat membantu pekerja memahami informasi kompleks lebih cepat dan akurat.