digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dekarbonisasi dan ketahanan energi menjadi isu global yang mendesak akibat perubahan iklim dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Energi terbarukan dianggap sebagai solusi ramah lingkungan, meskipun memiliki keterbatasan seperti ketergantungan pada kondisi cuaca dan waktu. Hidrogen hijau, sebagai pembawa energi yang fleksibel, menawarkan alternatif untuk mendukung transisi energi dan mengurangi emisi karbon. Penelitian ini mengevaluasi integrasi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dengan sistem pengolahan air (Water Treatment Plant/WTP) dan teknologi elektrolisis, yaitu Alkaline Water Electrolysis (AWE) dan Proton Exchange Membrane Electrolysis (PEMEC), untuk memproduksi hidrogen hijau secara efisien dan ekonomis. Simulasi menggunakan perangkat lunak WAVE menunjukkan bahwa kombinasi Ultrafiltration (UF), Reverse Osmosis (RO), dan Ion Exchange Mixed Bed (IXMB) mampu menghasilkan air dengan konduktivitas ?5 ?S/cm untuk AWE dan ?1 ?S/cm untuk PEMEC dengan konsumsi energi 0,7–0,9 kWh/m3. Produksi hidrogen hijau menggunakan elektroliser berdaya 10 MW menghasilkan 724,12 ton/tahun untuk AWE dan 765,05 ton/tahun untuk PEMEC, dengan Levelized Cost of Water (LCOW) masing-masing sebesar $1,19/m3 dan $1,23/m3, serta Levelized Cost of Hydrogen (LCOH) sebesar $7,22/kgH2 untuk AWE dan $7,36/kgH2 untuk PEMEC. Penelitian ini menunjukkan bahwa integrasi PLTP dengan WTP dan elektroliser merupakan pendekatan yang layak untuk memproduksi hidrogen hijau secara efisien dan mendukung transisi energi berkelanjutan di Indonesia.