








Perubahan iklim global menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi sektor
penerbangan, yang menyumbang 2% dari total emisi karbon dioksida (CO?) dunia.
Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar, menghadapi peningkatan emisi
sektor ini seiring proyeksi pertumbuhan lalu lintas udara sebesar 6,4% per tahun
hingga 2037. SAF didefinisikan sebagai bahan bakar penerbangan yang berasal dari
sumber bahan baku yang dapat diperbarui, seperti biomassa, minyak nabati, lemak
hewan, dan limbah organik .Sustainable Aviation Fuels (SAF) menawarkan potensi
pengurangan emisi hingga 80% dibanding bahan bakar jet konvensional, namun
biaya produksi tinggi, keterbatasan infrastruktur, dan isu keberlanjutan bahan baku
menjadi kendala utama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan
ekonomi dan manfaat lingkungan penggunaan SAF di sektor penerbangan
Indonesia.Penelitian menggunakan pendekatan campuran (mixed methods) yang
menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh melalui
wawancara semi-terstruktur dengan Expert Indonesia untuk Alternative Fuel Task
Group – Committee Aviation on Environment Protection (CAEP) – International
Civil Aviation Organization (ICAO). Data sekunder mencakup laporan industri,
jurnal ilmiah, serta data emisi dan biaya bahan bakar. Analisis dilakukan dengan
metode Cost-Benefit Analysis (CBA) untuk menghitung Net Present Value (NPV),
Benefit-Cost Ratio (BCR), dan pengurangan emisi karbon, serta triangulasi data
untuk mengidentifikasi tantangan dan peluang implementasi SAF serta
memperkuat hasil menunjukan bahwa pada bahwa pada skenario pencampuran
SAF sebesar 50% hingga tahun 2060,SAF dapat menghasilkan NPV positif sebesar
Rp.32 Triliun dengan BCR 1,35, yang menunjukkan kelayakan ekonomi meskipun
terdapat peningkatan biaya operasional maskapai sebesar 15–20%. Selain itu, SAF
mampu menurunkan emisi karbon hingga 4.158.372 juta ton CO? dalam setahun ini
juga sejalan dalam mendukung target dekarbonisasi Indonesia. Kebaruan penelitian
ini terletak pada analisis mendalam yang mencakup aspek ekonomi, teknis, dan
kebijakan secara bersamaan, menawarkan solusi terintegrasi untuk dekarbonisasi
sektor penerbangan.Penelitian ini berkontribusi pada literatur akademik dengan
memberikan model evaluasi ekonomi untuk adopsi SAF di negara berkembang.
Selain itu, temuan ini juga memberikan rekomendasi kebijakan strategis, seperti
insentif fiskal, pengembangan infrastruktur, dan promosi bahan baku lokal. Dengan
implementasi kebijakan yang tepat, SAF dapat menjadi solusi berkelanjutan yangmendukung pertumbuhan industri penerbangan sekaligus memenuhi target emisi
nasional.