







Kerusakan jaringan tulang yang terjadi dengan ukuran yang cukup besar membutuhkan penanganan dari luar dalam membantu penyembuhan jaringan tulang tersebut. Metode transplantasi tulang yang memiliki banyak kekurangan mendorong pengembangan perancah sebagai metode alternatif untuk penyembuhan jaringan tulang. Perancah harus memiliki porositas yang tinggi sebagai tempat pertumbuhan jaringan baru, memiliki struktur interconnected pore, memiliki kuat tekan lebih tinggi dari 0,7 MPa, memiliki ukuran pori 100-300 ?m, dan tidak bersifat toksik bagi tubuh.
Pada penelitian ini, kami membuat perancah untuk penyembuhan jaringan tulang berbasis selulosa nanfofiber (CNF) dan keratin menggunakan metode pengeringan beku. Selulosa nanofiber dan keratin dipilih sebagai material untuk perancah tulang karena bersifat biokompatibel dan biodegradable. Selain itu, keratin memiliki sekuel asam amino LGD dan RGD yang merupakan cellular binding motif sehingga dapat meningkatkan viabilitas dan proliferasi sel. Genipin dan citric acid (CA) digunakan sebagai agen ikat silang untuk meningkatkan stabilitas dan kekuatan mekanik perancah.
Perancah berhasil dibuat menggunakan metode pengeringan beku. Perancah memiliki struktur interconnected pore, porositas yang tinggi (60-80%), kuat tekan 0,9 – 2,3 MPa, dan ukuran pori sebesar 25 – 250 ?m. Uji in vitro berupa pengukuran aktivitas metabolisme sel menggunakan alamar blue, live/dead assay, dan adhsei sel dilakukan menggunakan sel human fetal osteoblast (hFOB). Hasil uji aktivitas metabolimse sel menggunakan alamar blue menunjukkan perancah tidak bersifat toksik dan mampu meningkatkan proliferasi sel setelah 7 hari pengujian dibandingkan dengan sampel kontrol GelMA. Berdasarkan hasil karakterisasi dan pengujian, perancah berbasis selulosa nanofiber/keratin sudah memenuhi prsyratana dan menjadi kandidat yang menjanjikan untuk digunakan sebagai perancah penyembuhan jaringan tulang.