digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Penelitian artistik ini berangkat dari pengalaman traumatis masa kanak-kanak penulis, khususnya yang berkaitan dengan perenggutan hak sebagai anak dan perempuan. Pengalaman traumatis ini telah berdampak mendalam pada kondisi psikologis penulis, mengakibatkan guncangan pada pemahaman diri dan cara memandang kehidupan secara menyeluruh. Dorongan untuk menyembuhkan diri melalui pencarian makna baru atas pengalaman traumatis ini menjadi titik tolak penelitian, dengan keyakinan bahwa luka batin tidak semata-mata merupakan kondisi faktis yang harus dihadapi, tetapi juga menyimpan potensi makna yang mengarah pada pemahaman diri yang lebih utuh dan penghargaan terhadap kompleksitas kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mentransformasikan pengalaman trauma menjadi kekuatan dan ketahanan batin melalui aktivitas membuat karya seni dan (2) merepresentasikan jalinan antara pengalaman trauma, proses penerimaan, pemaknaannya melalui eksplorasi teknik tenun serta material kawat monel sebagai medium simbolik dalam konteks pengalaman individual. Menggunakan pendekatan interdisipliner, penelitian ini menggabungkan metode studi pustaka yang berlandaskan teori seni sebagai simbol (Susanne K. Langer), fenomenologi persepsi (Merleau-Ponty), psikologi trauma (Judith Herman), dan logoterapi (Viktor Frankl), dengan praktik studio yang didukung teori somato sensori dan pendekatan art as therapy, dimana teknik tenun dan material kawat monel 0,3 mm dipilih sebagai medium simbolik berdasarkan karakteristiknya yang mampu menyimpan jejak lipatan—analog dengan sifat memori traumatis—serta sifatnya yang adaptif namun kuat— sebagai harapan bagi penulis dalam menghadapi pengalaman trauma dimasa lalu, sementara sistem kerja tenun yang melibatkan pergerakan naik-turun kawat lungsi dan pakan merepresentasikan proses transformasi psikologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) proses berkarya melalui aktivitas menenun kawat monel telah memfasilitasi transformasi trauma menjadi kekuatan dan ketahanan batin. Hal ini terbukti dari tiga aspek yang saling terkait: pertama, aktivitas menenun yang berulang dan meditatif menciptakan ruang refleksi bagi penulis untuk mengolah pengalaman traumatis, dimana proses pengerjaan yang membutuhkan kesabaran telah membangun ketahanan mental. Kedua, karakteristik material kawat monel yang dapat ditekuk namun tetap kuat merefleksikan perjalanan transformasi dari kerentanan menuju ketahanan, terlihat dari kemampuannya membentuk struktur yang kokoh sambil mempertahankan fleksibilitas. Ketiga, teknik tenun yang menghasilkan jalinan antara kawat lungsi dan pakan menciptakan struktur yang lebih kuat dibandingkan selembar kawat tunggal, merepresentasikan penguatan diri melalui integrasi pengalaman trauma menjadi bagian dari pertumbuhan personal dan (2) karya yang dihasilkan berhasil merepresentasikan kompleksitas hubungan antara trauma, penerimaan, dan pemaknaan melalui jejaring visual yang terbentuk dari pertemuan kawat lungsi dan pakan, dimana setiap titik persilangan mencerminkan momen-momen transformatif dalam pembentukan narasi personal dan pemulihan trauma.