Polusi udara, khususnya polusi Particulate Matter 2.5 (PM2,5), telah menjadi
permasalahan global yang meresahkan. Di Indonesia, polusi udara sudah mencapai
tingkat yang mengkhawatirkan. Kota-kota besar seperti Bandung menghadapi
permasalahan serius terkait polusi udara, terutama tingginya tingkat PM2,5.
Kelompok yang rentan terhadap dampak buruk polusi udara diantaranya adalah
individu yang bekerja di luar ruangan seperti pengemudi ojek online dan kurir
paket. Mereka terpapar langsung pada polusi udara saat bekerja, yang dapat
mengakibatkan penurunan kesehatan yang signifikan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menilai paparan pribadi terhadap PM2,5 di berbagai lingkungan mikro
selama 24 jam di Kota Bandung, menggunakan sensor berbiaya rendah, yang
bertujuan untuk memahami pola paparan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat paparan PM2,5. Sensor yang digunakan untuk mengukur
konsentrasi PM2,5 adalah sensor AS-LUNG portabel dengan kombinasi GPS dan
survei demografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan individu terhadap
PM2,5 bervariasi pada kelompok pengemudi ojek online laki-laki, pengemudi ojek
online perempuan, dan kurir paket secara berurut sebesar 49,56 ?g/m3, 62,76 ?g/m3,
dan 67,28 ?g/m3. Faktor paparan asap rokok menjadi kontribusi utama yang
mempengaruhi peningkatan paparan PM2,5 pada seluruh kelompok partisipan. Ratarata analisis potensi risiko kesehatan jangka panjang menunjukkan bahwa hanya
kelompok partisipan pengemudi ojek online laki-laki yang masih dalam kategori
“aman” dengan nilai Risk Quotient (RQ) < 1. Temuan ini menggarisbawahi
pentingnya langkah-langkah mitigasi untuk mengurangi paparan PM2,5 sehingga
dapat mencegah dampak negatif terhadap kesehatan.