Kesadaran terhadap pentingnya inventarisasi emisi dan upaya penurunan emisi
telah meningkat secara global, termasuk di Indonesia. Faktor emisi (FE)
menggambarkan hubungan antara jumlah polutan yang dilepaskan ke atmosfer
dengan aktivitas yang menyebabkan pelepasan polutan tersebut. Faktor emisi
spesifik, yang dihitung berdasarkan fasilitas tertentu, sangat penting untuk
mendukung perhitungan emisi yang lebih akurat, terutama di sektor industri seperti
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan faktor emisi spesifik untuk parameter pencemar udara (SO2, NOx,
partikulat) dan gas rumah kaca (CO2) berdasarkan karakteristik PLTU batubara di
Indonesia. Data emisi pencemar udara diperoleh dari 10 unit pembangkit yang
menggunakan continuous emission monitoring system (CEMS), sementara data
kualitas batubara untuk menghitung FE CO2 berasal dari 153 unit pembangkit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai FE SO2 untuk unit pembangkit yang
menggunakan alat pengendali (controlled) dan tanpa alat pengendali (uncontrolled)
emisi SO2 adalah 1,33 g/kg dan 1,64 g/kg. Untuk FE NOx diketahui memiliki nilai
FE sebesar 1,64 g/kg. Untuk partikulat, nilai FE sebesar 0,09 g/kg ditemukan pada
PLTU yang menggunakan alat pengendali emisi partikulat yang disertai dengan
penggunaan flue gas desulphurization (FGD), sedangkan untuk unit pembangkit
yang hanya menggunakan alat pengendali emisi partikulat tanpa disertai
penggunaan FGD memiliki nilai FE mencapai 0,45 g/kg. Analisis menunjukkan
bahwa emisi SO2 dan partikulat dipengaruhi oleh jenis teknologi dan usia PLTU,
sementara emisi NOx lebih dipengaruhi oleh kondisi pembakaran batubara. Untuk
parameter CO2, nilai FE dinyatakan dalam tiga satuan berbeda, yaitu 100,76 ton/TJ,
1,41 ton/MWh, dan 1.644,49 g/kg. Uji statistik menunjukkan bahwa usia tidak
memengaruhi nilai FE CO2 untuk semua satuan, namun jenis teknologi
memengaruhi nilai FE dalam satuan ton/MWh dan g/kg. Analisis ketidakpastian
menghasilkan nilai ketidakpastian masing-masing sebesar 5,25%, 3,49%, dan
5,74% untuk SO2, NOx, dan partikulat. Untuk CO2, tingkat ketidakpastian FE dalam
satuan ton/TJ, ton/MWh, dan g/kg berturut-turut adalah 9,28%, 4,85%, dan 2,75%.
Ketidakpastian dalam satuan ton/TJ relatif lebih tinggi dibandingkan negara lain,
yang dapat disebabkan oleh variasi dalam pengukuran dan pelaporan kualitas
batubara, seperti nilai kalor (net calorific value) dan kandungan karbon.