digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK_BONIFASIUS MAHARDHIKA T
PUBLIC Open In Flip Book Lili Sawaludin Mulyadi

Provinsi Daerah Khusus Jakarta (DKJ) sebagai pusat perekonomian dan pusat pemerintahan di Indonesia, merupakan kota dengan penduduk terpadat di Indonesia. Pertumbuhan penduduk dan tingginya laju pembangunan di kota ini membuat semakin banyak kegiatan serta aktivitas yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan penurunan kualitas udara Provinsi DKJ yang semakin dapat terlihat melalui Air Quality Index (AQI) yang tidak aman bagi kelompok sensitif per tahun 2023. Langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi kondisi pencemaran udara di Provinsi DKJ yaitu dengan melakukan inventarisasi emisi dari sumber-sumber antropogenik. Perhitungan beban emisi total dari sumber antropogenik yang meliputi sektor residensial, komersial, industri, pembangkitan listrik, transportasi (exhaust emission dan non-exhaust emission), dan pengelolaan limbah padat terhadap kualitas di Provinsi DKJ penting untuk dilakukan guna mengetahui tingkat pencemaran udara yang sudah terjadi. Penelitian terkait inventarisasi emisi di Provinsi DKJ yang sebelumnya sudah pernah dilakukan menyebutkan bahwa sektor transportasi merupakan kontributor utama di Provinsi DKJ. Sehingga perlu dilakukan analisis efektivitas kebijakan pengendalian sektor transportasi terhadap penurunan beban emisi total sumber antropogenik Provinsi DKJ. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beban emisi parameter GHGs, CO, NOX, SO2, NMVOC, PM10, PM2.5, dan BC yang dihasilkan semua sektor di wilayah Daerah Khusus Jakarta pada tahun 2023, mengetahui distribusi spasial dari emisi udara parameter GHGs, CO, NOX, SO2, NMVOC, PM10, PM2.5, dan BC di wilayah Daerah Khusus Jakarta, mengetahui pola persebaran konsentrasi polutan kunci CO, NOX, SO2, dan PM2.5 pada udara ambien Daerah Khusus Jakarta, mengetahui beban emisi setelah adanya intervensi berbagai alternatif kebijakan penurunan emisi di tahun 2023, serta mengidentifikasi alternatif kebijakan sektor transportasi yang paling efektif dalam menurunkan beban emisi total Daerah Khusus Jakarta yang juga efektif secara ekonomi. Inventarisasi emisi dilakukan dengan melakukan pengumpulan data aktivitas di Jakarta yang kemudian diinput pada Greenhouse Gas and Air Pollution Interactions and Synergies (GAINS), untuk memberikan output perhitungan beban emisi total di Jakarta. Pendekatan bottom-up dilakukan pada sektor transportasi, sedangkan pada sektor lainnya dalam penelitian ini digunakan pendekatan topdown. Beban emisi yang telah dihitung ini akan divisualisasikan menjadi peta distribusi spasial, yang dapat menggambarkan titik-titik di Jakarta yang memiliki beban emisi yang tinggi. Selain itu, hasil perhitungan ini kemudian dapat dimanfaatkan untuk melakukan pemodelan dispersi, yang dapat memberikan gambaran kualtias udara ambien di Provinsi DKJ. Hasil perhitungan ini juga menjadi dasar dalam mempertimbangkan intervensi strategi pengendalian kualitas udara, seperti penerapan retrofit DPF pada bus dan truk serta transisi penggunaan kendaraan listrik bus, truk, dan sepeda motor. Perhitungan cost-effective akan mempertimbangkan biaya investasi dari masing-masing skenario kebijakan yang kemudian menyertakan hasil perhitungan intervensi skenario terhadap penurunan beban emisi di Jakarta. Penelitian ini akan memberikan gambaran terkait kualitas udara Jakarta melalui gambaran persebaran emisi udara pada peta distribusi spasial dan juga kualitas udara ambien di Jakarta berdasarkan hasil pemodelan dispersi emisi udara. Penelitian ini juga akan memberikan gambaran mengenai potensi dari skenarioskenario kebijakan yang dipertimbangkan dalam penelitian ini, melalui perhitungan cost-effectiveness. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini dapat menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengendalian udara sektor transportasi yang paling efektif dalam penurunan beban emisi dan biaya investasi. Hal ini dapat menjadi alternatif perencanaan kebijakan yang dapat digunakan oleh pemerintah Jakarta dalam upaya meningkatkan kualitas udara setempat.