Bandung merupakan salah satu kota metropolitan besar di Indonesia yang
mengalami peningkatan jumlah penduduk cukup tinggi dalam 10 tahun
terakhir sehingga memengaruhi aktivitas yang dapat meningkatkan polusi
udara. Pertumbuhan populasi yang pesat di wilayah perkotaan telah
menyebabkan peningkatan aktivitas transportasi dan emisi polutan, terutama
nitrogen dioksida (NO?). Penelitian ini bertujuan untuk memetakan distribusi
spasial konsentrasi nitrogen dioksida (NO?) di wilayah Bandung Timur
(Kecamatan Batununggal, Kiaracondong, dan Cibeunying Kidul) dan
menganalisis pengaruh tutupan lahan terhadap konsentrasi tersebut.
Pemantauan dilakukan menggunakan passive sampler pada 40 titik sampling
selama 12 minggu, menghasilkan konsentrasi rata-rata NO? sebesar 100,9
µg/m³, dengan konsentrasi tertinggi 153,95 µg/m³ di area jaringan jalan dan
terendah 54,60 µg/m³ di area dengan tutupan lahan hijau. Distribusi spasial
NO? dipetakan menggunakan metode interpolasi IDW (Inverse Distance
Weighting), Spline, dan Kriging. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa metode
IDW memberikan hasil paling akurat dengan nilai RMSE (Root Mean Square
Error) 0,043 µg/m³ dan SD (Standar Deviasi) 0,0038 µg/m³ dibandingkan
metode lain. Analisis spasial dan deskriptif antara konsentrasi NO? dan
tutupan lahan menunjukkan bahwa konsentrasi tertinggi sebesar 173,29
µg/m³ terdapat pada area dengan persentase jaringan jalan sebesar 27,49%,
ruang terbuka hijau sebesar 0%, pemukiman sebesar 26%, area komersil
sebesar 46,16% , sedangkan konsentrasi terendah 62,32 µg/m³ terdapat pada area dengan persentase jaringan jalan sebesar 40,39%, ruang terbuka hijau
sebesar 38%, pemukiman sebesar 0,34%, area komersil sebesar 21,44%.
Hasil korelasi konsentrasi NO2 terhadap tutupan lahan menunjukkan
hubungan yang lemah. Temuan ini menegaskan bahwa terdapat faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi konsentrasi NO2. Hasil penelitian ini
memberikan pemahaman tentang distribusi pencemaran udara berdasarkan
karakteristik tutupan lahan dan menawarkan wawasan untuk perencanaan tata
ruang kota serta pengendalian kualitas udara yang berkelanjutan.