Mikroplastik, baik primer maupun sekunder, merupakan komponen utama
pencemaran lingkungan yang tersebar luas di berbagai ekosistem perairan,
termasuk sedimen dan organisme laut. Penelitian ini dilakukan untuk
mengeksplorasi keberadaan mikroplastik di sedimen pesisir selatan Jawa Barat,
yang memiliki karakteristik ombak besar karena langsung berbatasan dengan
Samudera Hindia. Kondisi oseanografi ini diduga memengaruhi distribusi dan
karakteristik mikroplastik, serta minimnya penelitian mengenai mikroplastik di
kawasan ini. Penelitian ini mengkaji kelimpahan, karakteristik, dan jenis polimer
mikroplastik dalam sedimen dari tiga pantai: Pantai Sindangkerta, Pantai Karapyak,
dan Pantai Sayang Heulang. Sampel sedimen dianalisis menggunakan metode
Chemical Wet Peroxide Oxidation (CWPO) dan pemisahan densitas untuk
meningkatkan proses ekstraksi dan karakterisasi, diikuti dengan identifikasi
polimer menggunakan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan variasi kelimpahan
mikroplastik antar pantai dan kedalaman sedimen, dengan Pantai Sayang Heulang
menunjukkan kelimpahan tertinggi. Pada September 2023, kelimpahan
mikroplastik di kedalaman 10–20 cm mencapai 35 partikel/200 g dry sediment,
meningkat menjadi 51 partikel/200 g dry sediment pada Januari 2024. Analisis
musim menunjukkan kelimpahan yang jauh lebih tinggi selama musim hujan
(Januari) dibandingkan musim kemarau (September). Mikroplastik berbentuk serat
dan berwarna mendominasi di semua lokasi, dengan polimer Low-Density
Polyethylene (LDPE) menjadi yang paling umum (27%), diikuti High-Density
Polyethylene (HDPE) dan Polypropylene (PP). Penelitian ini membahas
keragaman kelimpahan mikroplastik dan pentingnya memahami distribusinya di
lingkungan pesisir untuk mendukung pengelolaan ekosistem pesisir secara berkelanjutan