digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Lanskap industri minyak dan gas yang dinamis dan kompetitif membutuhkan inovasi berkelanjutan untuk memastikan efisiensi operasional, pengurangan biaya, dan keberlanjutan. Studi ini mengkaji penerapan Model Inovasi Terbuka dan Transfer Teknologi dalam keberhasilan implementasi teknologi Monobore Completion selama lima tahun di dalam tubuh PT.Pertamina Hulu Energi (PHE) di lima wilayah operasinya: Regional 1 (Sumatera), Regional 2 (Jawa), Regional 3 (Kalimantan), Regional 4 (Jawa Timur, Sulawesi, dan Papua), dan Regional 5 (PIEP - PT.Pertamina Internasional EP). Fokus signifikan diberikan pada Regional 3 (Kalimantan), khususnya PT.Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS), yang telah menggunakan teknologi Monobore Completion selama lebih dari 20 tahun sebagai warisan dari operator sebelumnya, VICO. Penelitian ini menyoroti bagaimana PHE telah memanfaatkan keahlian entitas yang telah lama ada dan mekanisme inovasi baru untuk mengoptimalkan operasi pengeboran di berbagai area operasional. Dengan menggunakan pendekatan metode mix, studi ini mengeksplorasi: 1. Proses dan strategi yang digunakan dalam transfer teknologi Monobore Completion dari penyedia global ke dalam konteks multiregional PHE. 2. Implementasi dalam mentransformasi keahlian lama dengan kemajuan teknologi baru. 3. Dampak implementasi ini pada indikator kinerja utama (KPI) operasional, seperti efisiensi pengeboran, pengurangan biaya, dan keberlanjutan produksi, di seluruh Subholding upstream. 4. Temuan ini menekankan pentingnya mengintegrasikan praktik lama dengan kerangka inovasi baru. Dengan mengadopsi Model Inovasi Terbuka, PHE memfasilitasi kolaborasi dengan penyedia teknologi internasional sekaligus memastikan adaptasi lokal dan integrasi pengetahuan regional. Selain itu, strategi transfer pengetahuan yang efektif dan pembelajaran organisasi berperan penting dalam mengatasi hambatan seperti sindrom "Not Invented Here" (NIH) dan kendala regulasi regional. Data kuantitatif menunjukkan bahwa teknologi Monobore Completion mengurangi biaya pengeboran rata-rata hingga 30% dan meningkatkan efisiensi hingga 15% di semua wilayah selama periode implementasi lima tahun. Hasil ini menunjukkan peran penting dalam menghubungkan inovasi eksternal dengan keahlian internal untuk mencapai keunggulan kompetitif pada skala regional dan organisasi. Studi ini berkontribusi pada wacana akademis tentang inovasi terbuka dan transfer teknologi di sektor energi, menawarkan kerangka kerja yang dapat direplikasi untuk implementasi serupa di industri lain. Temuan ini juga memberikan wawasan praktis bagi para pengambil keputusan dalam memanfaatkan keahlian historis untuk mengoptimalkan strategi inovasi di berbagai wilayah operasional.