Isu lingkungan terkait dekarbonisasi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, khususnya dari sektor transportasi, telah mendorong beberapa negara maju untuk mendorong percepatan transisi penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan berbasis listrik. Hal ini memicu peningkatan industri kendaraan listrik, yang berimbas pada peningkatan permintaan nikel sebagai salah satu bahan baku utama baterai kendaraan berbasis listrik. Sebagai produsen nikel laterit terbesar di dunia, Indonesia membutuhkan metode eksplorasi yang efektif dan efisien untuk meningkatkan produksi nikel laterit dalam rangka memenuhi rantai pasokan global bahan baku baterai kendaraan listrik.
Namun, eksplorasi nikel laterit di Indonesia memiliki banyak tantangan antara lain; keterbatasan akses jalan, medan yang berat dan padat, vegetasi yang lebat serta tidak semua area eksplorasi memiliki data geologi atau geokimia yang memadai. Untuk mengatasi masalah tersebut, digunakan penggabungan metode antara Pengindraan jauh aktif dengan Advanced Land Observing Satellite Phased Array Type L Band Synthetic Aperture Radar (ALOS PALSAR) dan Pengindraan jauh pasif dengan Land Satellite 8 Thermal InfraRed Sensors (LANDSAT 8 TIRS). Data ALOS PALSAR, mampu memberikan parameter fisis, yang diturunkan dari metode Magnetic and dielectric from polarimetric SAR (mdPSAR) untuk kemudian digabungkan dengan parameter temperatur permukaan dari LANDSAT 8 TIRS, untuk mengkarakterisasi sebaran nikel laterit di Kabupaten Kolaka, Kecamatan Pomalaa, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Parameter fisis dari ALOS PALSAR yakni relatif permeabilitas magnetik, dan relatif permitivitas dielektrik sangat penting untuk mendeteksi target geologi di permukaan. Setiap jenis fitur geologi, dapat dibedakan berdasarkan rentang nilai relatif permeabilitas magnetik, dan relatif permitivitas dielektrik, sehingga parameter ini digunakan untuk mengkarakterisasi nikel laterit khususnya mineral hematit (Fe2O3) sebagai mineral penciri zona nikel laterit paling atas dengan kandungan kadar nikel yang rendah atau disebut limonit. Parameter temperatur permukaan digunakan untuk membantu karakterisasi mineral hematit (Fe2O3) yang berkaitan dengan tingkat pelapukan batuan induk.
Hasil korelasi antara nilai data citra radar dan nilai data sampel lapangan dalam mengkarakterisasi sebaran nikel laterit, memiliki hasil positif dengan kisaran koefisien determinasi sebesar 0,8. Zona limonit secara umum dapat dikarakterisasi pada nilai permeabilitas magnetik rendah ? 21,04, permitivitas dielektrik rendah ? 0,53, kekasaran permukaan rendah ? 5,84 cm., dan temperatur permukaan yang tinggi ? 21,71oC.