Semeru merupakan stratovolkano teraktif di J awa Timur yang juga menj adi sumber bahaya sebab lokasinya yang dekat pusat aktivitas masyarakat. Sejak tahun 1967, aktivitasnya didominasi oleh erupsi Vulkanian serta pertumbuhan dan penghancuran kubah atau lidah lava dengan potensi bahaya primer utama "awan panas" yang meluncur ke arah selatan dan tenggara. Pada rentang tahun 2020-2022, Semeru meluncurkan awan panas dengan jarak terjauh sejak tahun 2002, yaitu pada tanggal 1 Desember 2020, 4 Desember 2021, dan 4 Desember 2022. Meskipun jarak tempuhnya mirip, terdapat anggapan bahwa kejadian 2021 disebabkan oleh longsomya material di puncak akibat proses permukaan yang dipicu hujan, sementara kejadian 2020 dan 2022 berkaitan dengan erupsi magmatik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan membandingkan kejadian "awan panas" Desember 2020--2022 dan karakterisasi endapannya dalam konteks pyroclastic density current (PDC) untuk memahami mekanisme erupsi. Penelitian dilakukan di sektor tenggara Semeru yang berjarak 8-16 km dari puncak. Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan informasi sebaran, fasies endapan, dan komponen penyusunnya yang dapat mencerminkan mekanisme pengendapan. Sementara itu, studi petrologi matriks PDC berukuran abu yang terdiri atas analisis komponen, bentuk butir, dan tekstur mikrofenokris-mikrolit felspar memberikan gambaran asal material, fragmentasi magma, dan proses konduit. Penyusunan kronologi kejadian dan identifikasi perubahan morfologi di sekitar kawah juga dilakukan sebagai pendukung interpretasi.
Studi menunjukkan konsistensi endapan PDC 2020-2022 bertipe block-and-ash flow, dominan granular-flow, dengan temperatur relatifhangat dan kondisi lembab. Fragmen blok didominasi oleh lava berwama abu-abu dengan fenokris plagioklas dan piroksen. Ditemukan juga blok dengan struktur kerak roti. Sementara itu, matriksnya tersusun atas lapili dan abu berwama abu-abu kecoklatan.
Analisis komponen matriks abu pada erupsi 2020-2022 menunjukkan komposisi yang mirip, yakni butir nonjuvenil litik lava teroksidasi, pecahan kristal plagioklas, piroksen, dan oksida Fe-Ti, serta juvenil lava segar kaya kristal dengan vesikularitas rendah hingga sedang. Fraksi juvenil diklasifikasikan berdasarkan kenampakan warnanya yang hitam hingga coklat muda. Keberadaannya menunjukkan adanya material magmatik segar yang keluar saat erupsi. Sementara itu, analisis bentuk butir juvenil menunjukkan bentuk glassy/microcrystalline dense yang didominasi bentuk blocky dan sedikit bentuk tak beraturan. Hal ini mencerminkan magma dengan waktu kristalisasi yang panjang, relatif minim gas, serta mengalami fragmentasi getas di dekat permukaan. Massa dasar butir juvenil terdiri atas gelas berwarna coklat hingga transparan serta mikrolit felspar, piroksen, dan oksida FeĀTi. Analisis tekstural kristal menunjukkan bahwa kondisi pembentukan mikrolit didominasi oleh pertumbuhan dibandingkan nukleasi yang juga menunjukkan bentuk dasar kristal prismatik dengan overgrowth dan bentuk akhir swallowtail hingga skeletal. Hal-hal tersebut mencerminkan pendinginan dan kenaikan magma yang lambat di awal, lalu mengalami dekompresi cepat di dekat permukaan.
Kronologi kejadian erupsi menunjukkan aktivitas guguran lava dan awan panas skala kecil sebelum erupsi serta terlihatnya lidah lava baru setelah kejadian. Bersamaan dengan studi endapan dan petrologi, hal ini menunjukkan bahwa baik PDC Semeru 2020, 2021, dan 2022 disebabkan oleh mekanisme erupsi yang serupa, yaitu runtuhnya lidah lava aktif akibat peningkatan laju ekstrusi, dengan magma yang terlebih dahulu telah hadir di level dangkal. Ketiga erupsi tersebut berasal dari sistem magma yang sama dan dikontrol oleh proses konduit yang mirip, yang berakibat menghasilkan erupsi yang konsisten. V ariasi yang dijumpai pada tekstur mikrolit dapat mencerminkan kondisi heterogen pada konduit saat proses kenaikan magma.