Gunung Raung di Jawa Timur adalah salah satu gunung api strato paling aktif di Indonesia. Terletak dalam Kompleks Gunungapi Ijen yang terbentuk pada periode Kuarter, Gunung Raung memiliki kaldera dengan dimensi 2,2 × 1,7 km dan kedalaman 500 m. Kaldera ini tergolong kecil namun signifikan untuk dipelajari, terutama dalam konteks mekanisme pembentukannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mekanisme erupsi yang membentuk kaldera tersebut melalui beberapa metodologi, termasuk pengambilan data lapangan, analisis volkanostratigrafi, rekonstruksi gunungapi, properti fisik, studi komponen, analisis tekstural, petrografi, dan geokimia. Model mekanisme pembentukan kaldera disusun secara deterministik melalui integrasi data lapangan dan laboratorium untuk menggambarkan secara komprehensif proses erupsi mulai dari dapur magma, konduit, hingga karakteristik produk vulkanik yang dihasilkan di permukaan. Berdasarkan pengamatan stratigrafi, erupsi ini menghasilkan produk eksplosif seperti jatuhan dan aliran piroklastik kaya batuapung, skoria, dan litik, serta produk efusif berupa aliran lava basalt dan lahar yang dibagi menjadi 5 fase erupsi. Komponen litik meningkat dan komponen juvenil turun dari fase 1 ke fase 5. Erupsi kaldera Gunung Raung unik karena terjadi di akhir erupsi yaitu pada fase 4 dan setelah fase Plinian yang terjadi secara bertahap. Pada fase 4 sebagai fase klimaks, terdapat kenaikan kelimpahan komponen litik yang signifikan, kemudian diikuti kenaikan nilai laju dekompresi dan naiknya magma akibat terbukanya kubah lava fase 3, serta turunnya nilai mass discharge rate (MDR) secara tiba-tiba, yang menandakan bahwa pembentukan kaldera terjadi pada fase ini. Pembentukan kaldera di Gunung Raung terjadi akibat pelebaran konduit yang diikuti dengan kolaps bagian puncak gunungapi yang berbeda dengan teori pembentukan kaldera besar atau model konvensional lainnya. Erupsi berulang dan dekompresi tinggi menyebabkan ketidakstabilan puncak gunung, meruntuhkannya, dan membentuk kaldera. Produk vulkanik fase klimaks erupsi ini memiliki komposisi trakhiandesit-basaltik. Erupsi ini dipicu oleh injeksi magma basaltik yang ditunjukkan dengan menurunnya nilai SiO2, fraksionasi kristal yang ekstensif, serta asimilasi antara magma dan batuan samping yang ditunjukkan naiknya nilai CaO, Sr, Nd, dan Eu serta melimpahnya tekstur fine sieve pada plagioklas fase 4. Aktivitas vulkanisme Gunung Raung terus berlanjut akibat terbukanya jalur magma baru melalui pusat erupsi di tengah kaldera. Catatan sejarah menunjukkan erupsi ini menyebabkan sekitar 10000 korban jiwa, menjadi salah satu bencana besar di Gunung Raung.