Pertumbuhan pesat pengguna internet tidak diiringi oleh peningkatan kualitas
jaringan yang sebanding. Hal ini menimbulkan permasalahan dalam hal kecepatan
akses dan stabilitas koneksi sehingga yang terjadi, baik di industri, instansi, maupun
pemakaian pribadi adalah Internet Service Provider atau ISP yang putus (down)
serta cenderung lambat (low speed). Perbaikan layanan yang sedang down dapat
memerlukan waktu sehingga bisa merugikan user internet. Hal ini bisa diatasi
dengan menggunakan multi koneksi internet untuk menjawab kebutuhan internet
yang besar. Multi koneksi dapat diwujudkan dengan menerapkan load balancing.
Penerapan load balancing bertujuan untuk menjaga user tetap terkoneksi saat
koneksi putus dan untuk meningkatkan koneksi internet yang lambat. Penerapan
load balancing dilakukan dengan berbagai metode. Salah satu metodenya adalah
Per Connection Classifier (PCC). Metode ini menggunakan algoritma hashing
yang bekerja dengan cara memastikan bahwa permintaan dari user yang sama selalu
diarahkan ke gateway yang sama. Algoritma ini bisa meyebabkan beban salah satu
jalur koneksi (gateway) menjadi lebih tinggi. Sehingga, perlu suatu metode load
balancing yang diusulkan untuk dibandingkan dengan metode PCC, yaitu metode
Fuzzy dengan menerapkan algoritma fuzzy logic. Metode Fuzzy bekerja dengan
menghitung besar data yang akan dikirim lalu memilih gateway mana data tersebut
akan dilewatkan dengan optimum. Kedua metode load balancing dibandingkan
untuk mengetahui tingkat pembagian beban ke masing-masing jalur koneksi, ISP 1
dan ISP 2 dengan menghitung nilai parameter throughput dan delay. Hasil
penelitian menunjukkan load balancing metode Fuzzy lebih merata dalam
penyebaran beban dibandingkan dengan metode PCC dilihat dari selisih nilai
masing-masing parameter di kedua ISP, di mana metode Fuzzy memiliki selisih
nilai throughput ISP 1 dan ISP 2 yang lebih kecil 85,17% serta selisih nilai delay
ISP 1 dan ISP 2 yang lebih kecil 71,43%.