Penelitian ini membahas trilema energi—menyeimbangkan keterjangkauan,
keberlanjutan, dan keandalan—melalui evaluasi sistem energi off-grid dengan
delapan skema iradiasi matahari, program respons permintaan, dan berbagai
konfigurasi resiliensi. Skenario pemangkasan puncak terbaik yang mencapai Load
Factor (LF) tertinggi mampu mengoptimalkan efisiensi sistem, namun skenario
pemangkasan puncak lainnya dengan LF yang sedikit lebih rendah menunjukkan
Levelized Cost of Energy (LCOE) lebih rendah pada resiliensi 3 hari karena profil
bebannya yang stabil. Penerapan algoritma knapsack pada peralatan rumah tangga
menstabilkan LF dan meningkatkan pemanfaatan kapasitas, sementara strategi
pemangkasan puncak dalam program respons permintaan meningkatkan efisiensi
biaya dan menjaga insentif pada tingkat stabil sebesar 0,0861 Rp/kWh per LCOE.
Dengan studi kasus di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, skema iradiasi tanpa-
resiliensi direkomendasikan karena biaya investasinya yang lebih rendah, stabilitas
teknis, dan kemampuannya dalam pemangkasan daya, meskipun skema ini kurang
andal selama periode iradiasi rendah yang berkepanjangan, yang dievaluasi melalui
analisis aliran beban kuasi-dinamis. Skema ini juga menunjukkan probabilitas
tahunan tertinggi berdasarkan data NASA. Penelitian ini menyoroti peran penting
respons permintaan dan sensitivitas iradiasi dalam menyediakan solusi energi off-
grid yang terjangkau, berkelanjutan, dan andal.