digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Endapan nikel laterit yang diasosiasikan dengan pelapukan batuan ultramafik menjadi target produksi nikel saat ini, namun terdapat kondisi yang membuat endapan laterit mengalami proses perpindahan dan terendapkan kembali sebagai endapan sedimen detritus di dataran yang lebih rendah. Akibat dari perubahan lingkungan serta masuknya material lain selama proses perpindahan dan pengendapan kembali, endapan sedimen detritus menunjukkan karakteristik yang berbeda dari material asalnya. Pemahaman terkait karakteristik geokimia dan mineralogi diperlukan untuk memahami proses pembentukan endapan sedimen detritus yang terdiri atas satuan displaced limonite, brown sediment, black sediment, dan gray sediment, serta satuan breksi peridotit dengan produk pelapukannya yaitu laterit breksi. Beberapa metode yang dilakukan diantaranya analisis petrografi dari sampel batuan inti batupasir serta sampel singkapan dari breksi peridotit, proyeksi stereografi dan kinematika dari data struktur serta LiDAR untuk menunjang identifikasi kelurusan. Selain itu, analisis statistik dilakukan pada data geokimia yang didapatkan dari pengujian X-ray fluorescence (XRF) menggunakan analisis univariat dan multivariat termasuk principal component analysis (PCA) dan matriks korelasi serta identifikasi mineralogi dari hasil pengujianX-ray powder diffraction (XRPD) untuk mengetahui karakteristik mineralogi setiap lapisan dan membantu menganalisis kondisi geologi daerah penelitian. Hasil analisis petrografi menunjukkan batupasir berbutir pasir sedang hingga sangat halus yang terendapkan di lokasi penelitian terdiri atas feldspathic wacke dan lithic wacke, sedangkan sampel breksi memperlihatkan tekstur monomiktik yang didominasi oleh peridotit. Proyeksi stereografi dan analisis kinematik memperlihatkan daerah penelitian terbentuk dari proses struktural yang kuat dan terus menerus dengan arah relatif selatan menenggara dan barat barat laut menyebabkan pengangkatan dan penurunan permukaan membentuk cekungan yang terjadi sepanjang Miosen yang kemudian dipotong oleh sesar geser sinistral. Analisis geokimia menunjukkan adanya peningkatan kandungan sulfur pada satuan brown sediment dan black sediment. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh dari penguraian material organik yang didukung oleh kandungan karbon yang signifikan. Perubahan komposisi mineral oksida besi seperti goetit menjadi besi karbonat seperti siderit menjadi petunjuk adanya perubahan lingkungan dari yang bersifat oksidatif menuju reduktif. Kondisi lingkungan yang oksidatif dicirikan oleh satuan displaced limonite dengan karakteristik geokimia MgO <3,5 wt%. Lapisan ini didominasi oleh mineral goetit dan kaolinit sehingga diinterpretasi sebagai hasil dari pelapukan batuan ultramafik yang kemudian mengalami erosi dan transportasi menuju ke daerah yang lebih rendah. Kehadiran mineral lempung kaya potasium pada endapan laterit dianggap sesuatu yang tidak biasa, namun hal ini bisa dijelaskan karena adanya potasium yang terlarut selama proses transportasi dan pengendapan dari mineral seperti K-feldspar, biotit, ataupun klorit yang kemudian didalam satuan gray sediment berasosiasi dengan senyawa aluminosilikat membentuk mineral illit. Karakteristik geokimia lapisan ini terlihat dari kandungan K2O ?0,15 wt%. Selain itu, satuan laterit breksi memperlihatkan tingkat pelapukan menengah dengan dominasi mineral oksida besi seperti goetit; mineral alterasi seperti lizardit; dan pengendapan silika. Kandungan sulfur <0,015 wt% mengindikasikan bahwa pembentukannya tidak dipengaruhi oleh keberadaan material organik dan tidak pada kondisi lingkungan yang anaerob. Hal ini membuktikan bahwa lapisan ini merupakan hasil pelapukan dari breksi peridotit yang sering dijumpai bersama-sama dalam profil endapan laterit daerah penelitian.