Gempa bumi besar yang terjadi di Sulawesi Tengah pada 28 September 2018
memicu banjir debris di beberapa lokasi, termasuk Sungai Kawatuna yang berada
di Kota Palu. Sungai ini, sebagai salah satu anak Sungai Palu yang melewati Bandar
Udara SIS Al Jufrie, memiliki risiko tinggi terhadap banjir dengan konsentrasi
sedimen yang tinggi. Untuk mengantisipasi dampak banjir besar, pemerintah
melakukan penanganan berupa pembangunan consolidation dam dan groundsill
pada area sebelum sungai melewati Bandara Mutiara SIS Al Jufrie. Kajian ini
melakukan pemodelan hidrologi dan hidraulika dengan berbagai skenario, meliputi
variasi panjang sungai, kondisi sebelum dan sesudah penanganan, karakteristik
aliran Newtonian dan non-Newtonian, serta mempertimbangkan Bank Stability Toe
Erosion Model (BSTEM). Pemodelan banjir dilakukan menggunakan perangkat
lunak HEC-RAS 2D dengan keluaran berupa kedalaman aliran, kecepatan aliran,
luas genangan, dan Flood hazard Map. Sementara itu, pemodelan transportasi
sedimen menggunakan HEC-RAS 1D menghasilkan perubahan elevasi dasar
sungai dan perubahan massa dasar sungai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pemodelan banjir dengan panjang sungai menyeluruh menghasilkan kedalaman
peningkatan tingkat bahaya (hazard level). Setelah implementasi penanganan,
terjadi penurunan signifikan pada luas zona bahaya banjir ekstrem. Sedangkan
dengan mempertimbangkan aliran non-Newtonian memberikan hasil peningkatan
luas zona bahaya ekstrem kelamanan aliran lebih tinggi secara signifikan. Untuk
transportasi sedimen, pemodelan sungai menyeluruh menunjukkan perubahan
massa dasar sungai. Setelah penanganan, panjang sungai yang terdegradasi
menurun, sementara pemodelan yang mempertimbangkan BSTEM menunjukkan
peningkatan perubahan massa dasar sungai. Secara keseluruhan, penelitian ini
memberikan gambaran pengaruh berbagai parameter terhadap hasil pemodelan
banjir dan transportasi sedimen, yang dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan terkait mitigasi dan penanganan banjir di Sungai
Kawatuna.