Keberadaan angkutan sekolah memberikan kemudahan transportasi dan menjadi alternatif
moda bepergian/pulang sekolah bagi pelajar, utamanya bagi pelajar yang telah memiliki
kemandirian dalam bermobilitas. Angkutan sekolah membutuhkan perencanaan secara
komprehensif dengan memerhatikan kompleksitas perjalanan yang antara lain terdiri dari jam
masuk/pulang sekolah yang berbeda-beda, ketidakpastian jumlah penumpang, tingkat
keamanan dan keselamatan yang perlu disediakan bagi pelajar, dan lokasi pemukiman pelajar
untuk dilayani. Mengingat kompleksitas tersebut, perlu dilakukan evaluasi yang bersifat
komprehensif terhadap layanan eksisting suatu angkutan sekolah untuk menentukan strategi
yang tepat dalam upaya mengoptimalkan layanan bagi pengguna.
Layanan angkutan sekolah telah umum diterapkan di perkotaan di dunia, tak terlepas di
perkotaan Indonesia, salah satunya di Provinsi DKI Jakarta yang mulai beroperasi sejak tahun
2007. Penyelenggaraan bus sekolah di Jakarta didasari kebutuhan penyediaan fasilitas
transportasi yang selamat, aman, dan layak dengan biaya yang terjangkau atau gratis bagi
pelajar. Sebagai kota administrasi terbesar dengan jumlah penduduk dan sekolah terbanyak di
DKI Jakarta, Kota Jakarta Timur menjadi wilayah strategis untuk dijadikan fokus penelitian.
Mengacu pada visi pemerintah agar angkutan sekolah mampu melayani seluruh pelajar,
dilakukan evaluasi layanan bus sekolah di Kota Jakarta Timur yang untuk mengetahui sejauh
mana layanan bus sekolah telah memenuhi kebutuhan pelajar di Wilayah Kota Jakarta Timur
dalam melakukan pergerakan bersekolah. Evaluasi dilakukan terhadap cakupan layanan
dengan analisis berbasis spasial, terhadap gap antara tingkat ketersediaan (supply) dan
permintaan (demand), serta terhadap kinerja rute angkutan dengan analisis operasional rute
(waktu antara), dan Data Envelopment Analysis (DEA) untuk mengetahui tingkat efektivitas
rute. Hasil evaluasi tersebut kemudian dijadikan dasar menentukan strategi pengoptimalan
layanan dengan mengacu pada tingkat kepentingan kriteria layanan yang diperoleh dengan
metode Analytical Hierarchy Process (AHP) terhadap tujuh ahli/pelaku transportasi sebagai
responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kriteria ketersediaan layanan (availability) merupakan
prioritas utama dalam pengoptimalan layanan bus sekolah, diikuti oleh ketepatan waktu
(punctuality), konektivitas, dan kemudahan pergerakan (connectivity dan convenience).
Rekomendasi yang muncul kemudian disusun ke dalam level prioritas mengikuti pembobotan
tingkat kepentingan yang berdasar pada hasil evaluasi, secara berturut-turut yaitu perluasan
cakupan layanan pada zona yang tidak maupun kurang terlayani, penambahan jumlah armada,
dan integrasi moda yang disertai dengan peningkatan infrastaruktur pejalan kaki.