digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Firda Rahmania Bandjar
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Puntung rokok merupakan sampah paling banyak kedua di dunia yang ditemukan di pesisir pantai. Kandungan selulosa asetat pada puntung rokok dapat didaur ulang untuk memenuhi pasar global selulosa asetat yang diprediksi mencapai 7,05 miliar USD pada tahun 2029. Dalam penelitian ini, puntung rokok didaur ulang menjadi membran berpori yang dapat diaplikasikan sebagai membran filtrasi. Membran dihasilkan dengan metode inversi fasa. Waktu demixing pada inversi fasa memengaruhi morfologi membran. Waktu demixing dibagi menjadi dua, yaitu instantaneous dan delayed. Instantanenous demixing cenderung membentuk membran berpori, sedangkan delayed demixing cenderung membentuk membran padat. Namun, belum ada literatur yang membahas evolusi pori dari kondisi instantaneous ke delayed. Sebagai penelitian awal yang bersifat eksploratif, durasi waktu demixing divariasikan 2 s, 15 s, 15 m, dan 30 m. Karakterisasi FTIR dilakukan untuk mengevaluasi proses pembersihan nikotin dari sampah puntung rokok. Morfologi pori diidentifikasi dengan SEM dan ukuran pori diidentifikasi menggunakan aplikasi ImageJ. Spektrum FTIR menunjukkan serapan gugus fungsi C–O (1032 cm-1, 1356 cm-1, 1368 cm-1), gugus C=O (1734 cm-1), dan gugus C–H (2852 cm-1 dan 2924 cm-1) yang mengindikasikan keberadaan selulosa asetat. Proses ekstraksi selulosa asetat (pemurnian puntung rokok) efektif menghilangkan nikotin hingga 85%. Pada rentang waktu 2 s sampai 15 m, semakin lama durasi waktu demixing, pori-pori akan cenderung membentuk connected pores. Pada 30 m, pori-pori sudah menyatu membentuk struktur dense. Berdasarkan ukuran pori dan distribusi pori, membran 15 s berpotensi sebagai membran filtrasi, sedangkan membran 2 s, 15 m, dan 30 m tidak berpotensi sebagai membran filtrasi.