digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak - Beverly Ester Viola Lumbanraja
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Minyak dan gas bumi masih menjadi sumber utama dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional di Indonesia. Hal ini sejalan dengan target produksi cukup besar yang disusun SKK Migas, yaitu minyak bumi sebanyak 1 juta barrel per hari dan gas bumi sebanyak 12 miliar kaki kubik per hari pada tahun 2030. Berbagai upaya dilakukan, salah satunya kegiatan eksploitasi migas pada sumur-sumur lepas pantai. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan fasilitas produksi dan infrastruktur yang memadai, salah satunya sistem pipa bawah laut yang berguna dalam proses transportasi migas. Pembangunan pipa bawah laut memerlukan serangkaian analisis dan tahapan desain untuk memastikan keamanan pipa. Hal tersebut dilakukan pada proyek Latau, yaitu proyek tak nyata yang mengerjakan pembangunan pipa bawah laut sepanjang 32.5 km di Laut Natuna. Pada studi ini, digunakan parameter data lingkungan berupa data hasil distribusi probabilitas yang sebelumnya telah diuji kecocokan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov sebagai data input pada tahapan analisis dan desain. Rute pipa terbagi menjadi dua zona dengan perbedaan data arus dan kedalaman perairan. Zona 1 berlaku pada KP0-KP19, sedangkan Zona 2 berlaku pada KP19-KP32. Tahapan desain dimulai dengan desain tebal dinding pipa berdasarkan standar DNV-ST-F101. Kemudian, hasil analisis tebal dinding berdasarkan DNV-ST-F101 digunakan untuk memilih tebal dinding yang tersedia pada katalog API 5L, yaitu 12.7 mm. Tahapan berikutnya adalah analisis kestabilan pipa di dasar laut (on-bottom stability) berdasarkan standar DNV-RP-F109. Berdasarkan analisis tersebut, didapatkan tebal lapisan beton sebesar 40 mm untuk kedua zona dengan bantuan trenching. Selanjutnya, dilakukan analisis instalasi pipa bawah laut berdasarkan standar DNV-ST-F101 untuk memastikan pipa dapat digelar ke dasar laut menggunakan kapal lay barge berjenis Hafar Neptune. Hasil analisis instalasi berupa konfigurasi lay barge yang tepat sehingga tegangan dan regangan yang terjadi pada pipa tidak melebihi batas menurut kriteria yang berlaku. Tahapan terakhir analisis pada studi ini adalah analisis bentang bebas pipa bawah laut yang bertujuan menentukan panjang bentang bebas maksimum yang diizinkan agar pipa tidak mengalami kegagalan berdasarkan standar DNV-RP-F105. Analisis dilakukan dengan memperhitungkan kriteria screening fatigue dan ultimate limit state (ULS). Panjang bentang bebas yang memenuhi kedua kriteria adalah 12.8 m.