digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Enni Lindia Mayona
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 1 Enni Lindia Mayona
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 2 Enni Lindia Mayona
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 3 Enni Lindia Mayona
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 4 Enni Lindia Mayona
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 5 Enni Lindia Mayona
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 6 Enni Lindia Mayona
PUBLIC Yoninur Almira

BAB 7 Enni Lindia Mayona
PUBLIC Yoninur Almira

PUSTAKA Enni Lindia Mayona
PUBLIC Yoninur Almira

LAMPIRAN Enni Lindia Mayona
PUBLIC Yoninur Almira

Ecological city (ecocity) merupakan konsep kota yang berkembang seiring dengan perspektif sejarah urban ecology dan kompleksitas permasalahan lingkungan kota. Ecocity pada awal dikembangkan merupakan model permukiman manusia yang memiliki struktur dan fungsi ekosistem alami yang mandiri dan berkelanjutan. Dalam perkembangan teoritik dan praktek menunjukkan konteks yang beragam dan mengarah kepada implementasi relasi ruang yang kompleks namun masih minim di dalam menjelaskan mekanisme interaksi manusia dan alam di dalamnya. Ecocity dalam perspektif urban ecology dapat didefinisikan sebagai konsep menyeimbangkan metabolisme kota (ecology of cities) melalui kemandirian struktur dan fungsi ekosistem di dalam penyediaan ecosystem services dan infrastruktur hijau perkotaan (ecology for cities). Oleh karena itu diperlukan kerangka konseptual yang mengakomodir proses kompleksitas social-ecological yang mempengaruhi metabolisme kota dan bagaimana sistem manusia berperan di dalam proses metabolisme tersebut. Perumusan kerangka dilakukan melalui proses eksplorasi faktor-faktor social-ecological metabolism (SEM) dalam perspektif urban ecology. Kompleksitas interaksi dalam ecocity diuraikan dalam mekanisme SEM berdasarkan human ecosystem model (HEM) melalui rincian proses appropriation, transformation, circulation, consumption, dan excretion. Hasil penelitian menunjukkan konsep ecocity akan bervariasi dalam kawasan perkotaan secara utuh sehingga penerapan mekanisme SEM dapat diterapkan pada bagian kawasan perkotaan dalam lingkup human settlement model. Kawasan yang dapat mencerminkan konsep tersebut adalah kawasan yang masih mensinergikan kondisi ekosistem hibrida perkotaan antara kondisi alam dan buatan dan menunjukkan proses metabolisme lebih lengkap serta pemenuhan prinsip ecocity yang lebih baik. Keragaman aktivitas lingkungan memberikan mekanisme SEM yang lebih komplek dan terpisahkan dari metabolisme pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Semakin kompleks proses SEM semakin luas dan beragam jasa ekosistem yang dihasilkan. Keputusan perencanaan dan penyediaan ecosystem services berdasarkan SEM akan menunjukkan perbedaan karakter konsep ruang dan situasi spesifik perencanaan ecocity. Multidimesional relasi individu, komunitas dan institusi dengan sumber daya alam dalam SEM tersebut akan menentukan spektrum pendekatan perencanaan yang dilakukan.