BAB 1 Syaro Fudin Husni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 2 Syaro Fudin Husni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 3 Syaro Fudin Husni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 4 Syaro Fudin Husni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
BAB 5 Syaro Fudin Husni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
PUSTAKA Syaro Fudin Husni
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan
Paduan aluminium 7075 adalah salah satu jenis paduan aluminium berkekuatan tinggi dengan specific strength sekitar 120-250 MPa/(kg/m³), yang sering digunakan pada kerangka pesawat terbang. Namun, dalam kondisi pemakaian T651, yang sifat mekaniknya optimal, paduan ini rentan terhadap kegagalan akibat stress corrosion cracking (SCC). SCC terjadi karena pelarutan presipitat di batas butir saat pesawat beroperasi di lingkungan dekat dengan air laut. Pada perlakuan panas aging, ketahanan SCC berbanding terbalik dengan kekuatan paduan. Oleh karena itu, dikembangkan perlakuan retrogression and reaging (RRA) yang dapat meningkatkan ketahanan SCC tanpa mengorbankan kekuatan paduan. Penelitian ini menganalisis pengaruh perlakuan panas RRA untuk mendapatkan kombinasi sifat mekanik dan ketahanan SCC yang optimal.
Serangkaian percobaan perlakuan panas telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh waktu dan temperatur retrogression terhadap sifat mekanik dan ketahanan SCC. Perlakuan panas T651 dilakukan dengan solution treatment pada temperatur 480 °C selama satu jam dan precipitation treatment pada temperatur 120 °C selama 24 jam. Selanjutnya, dilakukan variasi perlakuan panas retrogression pada temperatur 160 °C, 180 °C, dan 200 °C selama 10, 20, dan 30 menit, serta reaging pada temperatur 120 °C selama 24 jam. Kemudian, karakterisasi dilakukan melalui pengujian kekerasan vickers, pengujian tarik, metalografi dengan mikroskop optik, dan analisis SEM-EDS. Pengujian SCC dilakukan dengan metode pembebanan tetap dalam larutan NaCl 5%, dengan pembebanan 300 MPa selama tujuh hari untuk memperoleh data pertambahan panjang. Berdasarkan data hasil karakterisasi yang telah dilakukan, ditentukan parameter optimum untuk perlakuan panas RRA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kekerasan dan kekuatan berbanding terbalik dengan meningkatnya waktu dan temperatur retrogression. Kekuatan dan kekerasan tertinggi diperoleh pada retrogression dengan temperatur 180 °C selama 10 menit, dengan nilai masing-masing sebesar 203,4 HV dan 549 MPa. Seiring dengan meningkatnya waktu dan temperatur retrogression, ketahanan SCC turut meningkat, dengan ketahanan tertinggi dicapai pada retrogression dengan temperatur 180 °C selama 30 menit, yang menghasilkan pertambahan panjang sebesar 0,124 mm setelah pengujian selama tujuh hari. Kombinasi terbaik antara kekuatan dan ketahanan SCC didapatkan pada retrogression dengan temperatur 200 °C selama 10 menit, dengan nilai kekuatan 543 MPa dan pertambahan panjang setelah tujuh hari pengujian sebesar 0,162 mm.