digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Muhammad Akbar
PUBLIC Resti Andriani

Tool Steel AISI O1 merupakan salah satu logam penting dalam kehidupan manusia. Baja ini adalah baja karbon tinggi yang dipadu dengan unsur-unsur seperti krom, tungsten, mangan, dan vanadium. AISI O1 umumnya diberikan perlakuan panas konvensional, namun masih terdapat banyak retained austenite. AISI O1 biasa digunakan sebagai Dies Stamping pada industri manufaktur. Baja ini terkenal keras namun getas sehingga Dies Stamping seringkali pecah setelah beberapa waktu penggunaannya . Terdapat beberapa metode untuk membuat AISI O1 menjadi keras tapi tetap ulet. Salah satu metode alternatif adalah Deep Cryogenic Treatment (DCT). DCT adalah metode perendaman baja pada temperatur yang sangat rendah untuk mengubah retained austenite menjadi martensit sepenuhnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variasi temperatur tempering terhadap proses perlakuan panas konvensional dan DCT. Percobaan metode perlakuan panas konvensional dan DCT pada baja AISI O1 dilakukan untuk menganalisis pengaruhnya terhadap struktur mikro dan sifat mekanik. Percobaan dilakukan dengan spesimen uji impak dengan variasi temperatur tempering. Baja akan diaustenisasi pada temperatur 950 oC selama 30 menit sehingga fasanya menjadi fully austenite. Kemudian baja di-quenching menggunakan oli dan dilanjutkan tempering pada temperatur 200 oC, 250 oC, 300 oC, 400 oC, dan 500 oC selama 2 jam. Baja yang sudah dilakukan perlakuan panas konvensional akan dilakukan DCT. Kemudian dilakukan karakterisasi seperti uji impak, uji kekerasan vickers, metalografi menggunakan mikroskop optik, analisis XRD, dan analisis SEM-EDS. Dari data analisis karakterisasi, ditentukan pengaruh perlakuan panas konvensional dan DCT terhadap struktur mikro dan sifat mekanik. Hasil percobaan menunjukkan bahwa retained austenite berubah menjadi martensit ketika dilakukan DCT, yang meningkatkan kekerasan. Nilai kekerasan pada DCT lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan panas konvensional. Tren kekerasan menurun secara linear dengan naiknya temperatur tempering. Kekerasan maksimum didapatkan dari variasi DCT pada temperatur tempering 250 °C dengan nilai kekerasan 702 HV. Nilai ketangguhan saat dilakukan DCT juga lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan panas konvensional. Tren ketangguhan meningkat secara linear dengan naiknya temperatur tempering. Ketangguhan maksimum didapatkan dari variasi DCT pada temperatur tempering 500 °C dengan nilai ketangguhan 9,4 Joule. Patahan yang terjadi pada spesimen impak adalah patahan campuran, yaitu transgranular dan intergranular.